Guluk-Guluk- Berita tentang ditundanya pagelaran Pentas Seni oleh panitia penyelenggara pada Sabtu malam (08/05) kemarin, tidak mengubah komentar teman-teman MA1API yang awalnya antusias menjadi kecewa berat. Terbukti dengan begitu semangatnya teman-teman menghadiri acara tepat waktu. Tentu saja itu karena awak acara penutupan Olimpiade Matematika-Akuntansi Regional 2010 tadi malam (09/05) benar-benar memanjakan para penikmat seni (khususnya musik,red.) dengan tajuk MA1API Awards yang berlokasi di halaman MA 1 Annuqayah Putri. Di awal acara, penonton disuguhi tarian latar atau backing dance for MC, merdunya Paduan suara, dan atraksi anggota Sanggar Sareyang yang menggugah naluri seni. Acara semakin meriah ketika Istiyana feat. Halimatus Shalihah yang didaulat menjadi Master of Ceremony doublé language (Bahasa Arab dan Inggris,red.) mempersilahkan dua dara pemilik suara emas, Raudlatul Jannah, XII MAK dan Nafilatul Waridah, XII MAK dengan salah satu lagu arab yang sedang ngetren.
Kegiatan dibawah koordinasi pengurus OSIS Bidang Kesenian yang sekaligus pengumuman juara Olimpiade ini dihadiri oleh sejumlah lembaga formal (baca;sekolah/madrasah,red.) yang mendapatkan kesempatan menjadi juara olimpiade. Sekolah yang beruntung tersebut yaitu, SMA-MTs Sabilul Huda Gadu Barat yang memborong piala juara Matematika-Akuntansi sekaligus, MA Raudlah Najiyah Lengkong dengan piala juara I, II Matematika, MA Miftahul Ulum dengan piala juara III Akuntansi dan MTs Al-Amien Jambu dengan piala juara II Akuntansi. Sedangkan dari lingkungan MA1API sendiri Jurusan IPS kalah telak dengan kenyataan Jurusan MAK berhak memborong juara I, II dan III Matematika dengan iringan applause yang menghebohkan, “IPS payah nih, Matematika-nya dikalahin anak MAK semua” cetus salah seorang siswa MA1API jurusan IPS di tengah acara. Akhirnya, anak jurusan IPS harus puas dengan membawa piala juara Akuntansi (wah, persaingan tambah seret nih!).
Tidak cukup dengan juara olimpiade saja, pengurus OSIS bekerja sama dengan panitia Olimpiade membagi-bagikan kenang-kenangan kepada masing-masing anggota Club ekstrakurikuler yang tetap semangat mengikuti setiap kegiatan yang diagendakan Pengurus OSIS. Di akhir acara, penonton kembali dihanyutkan dengan pembacaan puisi kenangan karya anak jurusan IPA. (reporter)
Minggu, 09 Mei 2010
Dendam Masa Lalu
Judul film :12.00 a.m.
Editor :Elham Cahya
Produksi :Grandiz Media Production
Lulus Sensor :25 Agustus 2005
Durasi Waktu:120 menit
Film yang di produksi oleh Grandiz ini merupakan film horor tentang sebuah dendam masa lalu, yang kemudian menjadi sebuah teror mistik pada masa sekarang, film ini diangkat dari sebuah novel.
Tercatat Inez (Olga Lidya) kekasih Alvin (Robertino) yang sedang mengalami masalah dalam hubungannya, merasa bahwa dirinya diduakan oleh Alvin (Robertino) padahal Alvin (Robertino) sudah berulangkali menjelaskan bahwa dirinya pergi bersama Bayu (Reonaldo Stokhorst) tetap saja Inez tak bisa menerima alasan itu meski dia sendiri tahu kegemaran Alvin (Robertino) dalam fotografi dia serlalu merasa bahwa Alvin (Robertino) lebih mementingkan kamera dari pada dirinya hingga beberapa peristiwa terjadi pada Inez (Olga Lidya) dan Alvin (Robertino), begitupun pada Bayu dan Amel (Inong), kekasihnya. Tak hanya itu, Inez (Olga Lidya) mengalami stress berat, lebih parah lagi yang terjadi pada Amel (Inong) dia kesurupan hingga mengiris urat nadinya sendiri dengan pisau dapur.
Kecurigaan Inez (Olga Lidya) tak henti hingga suatu hari Alvin (Robertino) bertemu dengan Clara (Febriana Enjelin) seoaranng mahasiswi baru yang baru seminggu disana. Teror tak henti mengikuti mereka berempat hingga suatu ketika alvin menemukan foto Inez (Olga Lidya) bersama Clara (Febriana Enjelin) secara tak sengaja. Siapa sebenarnya Clara? Ada hubungan apa Inez dengan Clara?
Film ini sangat menghipnotis para penonton sehingga membuat mereka ketakutan disetiap detiknya, sangat menggugah dan menjadikan penonton bisa berimajinasi sendiri tentang adegan berikutnya.
Settingnya juga sangat cocok karena kebanyakan dalam adegan itu menggunakan daerah-daerah yang cukup menyeramkan juga selalu menampilkan suasana petang sehingga sangat mendukung pada adegan-adegan yang berhantu. Dan juga tata musiknya sangat mendukung sehinggga adegannya semakin seru.
Namun, make up pemeran setan kurang menyeramkan, cenderung terlalu cantik untuk ukuran setan, kostum pemain Alvin (Robertino) dan Clara (Febriana Enjelin) tetap, dalam artian modelnya, entah apa yang ingin di tunjukkan oleh sutradara tapi sepertinya akan berpengaruh pada film ini. Dan juga akting pemeran Alvin (Robertino) terlalu kaku untuk peran setegas Alvin, cowok yang tak pernah percaya pada mistis ini terkesan lemah dan tidak menunjukkan bahwa dia orang yang mampu melindungi kekasihnya sikap perhatiannya sangat tampak namun tak menunjukkan perilaku yang berarti pada Inez (Olga Lidya) tidak seperti pasangan Bayu (Reonaldo Stokhorst) dan Amel (Inong) yang begitu memukau. Dalam keadaan yang menghawatirkanpun tak pernah ada pertengkaran diantara mereka.
Dan yang membuat saya heran film ini sangat bertolak belakanng denngan novelnya. Jika dalam filmnya Alvinpun merasa terganggu dengan adanya setan perempuan itu. Sebaliknya dalam novel, tak sedikitpun Alvin merasa terganggu bahkan dalam novelnya alvin hanya di hantui ndalam mimpi saja, jika melihat di filmnya tak ada tanda yang menunjukkan bahwa Alvin hanya bermimpi. Sangat berbeda.
Tapi biar bagaimanapun perlu di acungi jempol karena selain film ini mengagumkan banyak hal yang dapat kita ambil diantaranya, kita tidak boleh punya dendam apalagi hanya karena sesuatu yang tak penting. Film inipun hanya cocok untuk dewasa tidak untuk dipertontonkan pada anak-anak. Yang penting great buat penulis!
Selamat menonton!
Oleh: Qiswatin Hasanah
Kelas:XI IPS 1
Editor :Elham Cahya
Produksi :Grandiz Media Production
Lulus Sensor :25 Agustus 2005
Durasi Waktu:120 menit
Film yang di produksi oleh Grandiz ini merupakan film horor tentang sebuah dendam masa lalu, yang kemudian menjadi sebuah teror mistik pada masa sekarang, film ini diangkat dari sebuah novel.
Tercatat Inez (Olga Lidya) kekasih Alvin (Robertino) yang sedang mengalami masalah dalam hubungannya, merasa bahwa dirinya diduakan oleh Alvin (Robertino) padahal Alvin (Robertino) sudah berulangkali menjelaskan bahwa dirinya pergi bersama Bayu (Reonaldo Stokhorst) tetap saja Inez tak bisa menerima alasan itu meski dia sendiri tahu kegemaran Alvin (Robertino) dalam fotografi dia serlalu merasa bahwa Alvin (Robertino) lebih mementingkan kamera dari pada dirinya hingga beberapa peristiwa terjadi pada Inez (Olga Lidya) dan Alvin (Robertino), begitupun pada Bayu dan Amel (Inong), kekasihnya. Tak hanya itu, Inez (Olga Lidya) mengalami stress berat, lebih parah lagi yang terjadi pada Amel (Inong) dia kesurupan hingga mengiris urat nadinya sendiri dengan pisau dapur.
Kecurigaan Inez (Olga Lidya) tak henti hingga suatu hari Alvin (Robertino) bertemu dengan Clara (Febriana Enjelin) seoaranng mahasiswi baru yang baru seminggu disana. Teror tak henti mengikuti mereka berempat hingga suatu ketika alvin menemukan foto Inez (Olga Lidya) bersama Clara (Febriana Enjelin) secara tak sengaja. Siapa sebenarnya Clara? Ada hubungan apa Inez dengan Clara?
Film ini sangat menghipnotis para penonton sehingga membuat mereka ketakutan disetiap detiknya, sangat menggugah dan menjadikan penonton bisa berimajinasi sendiri tentang adegan berikutnya.
Settingnya juga sangat cocok karena kebanyakan dalam adegan itu menggunakan daerah-daerah yang cukup menyeramkan juga selalu menampilkan suasana petang sehingga sangat mendukung pada adegan-adegan yang berhantu. Dan juga tata musiknya sangat mendukung sehinggga adegannya semakin seru.
Namun, make up pemeran setan kurang menyeramkan, cenderung terlalu cantik untuk ukuran setan, kostum pemain Alvin (Robertino) dan Clara (Febriana Enjelin) tetap, dalam artian modelnya, entah apa yang ingin di tunjukkan oleh sutradara tapi sepertinya akan berpengaruh pada film ini. Dan juga akting pemeran Alvin (Robertino) terlalu kaku untuk peran setegas Alvin, cowok yang tak pernah percaya pada mistis ini terkesan lemah dan tidak menunjukkan bahwa dia orang yang mampu melindungi kekasihnya sikap perhatiannya sangat tampak namun tak menunjukkan perilaku yang berarti pada Inez (Olga Lidya) tidak seperti pasangan Bayu (Reonaldo Stokhorst) dan Amel (Inong) yang begitu memukau. Dalam keadaan yang menghawatirkanpun tak pernah ada pertengkaran diantara mereka.
Dan yang membuat saya heran film ini sangat bertolak belakanng denngan novelnya. Jika dalam filmnya Alvinpun merasa terganggu dengan adanya setan perempuan itu. Sebaliknya dalam novel, tak sedikitpun Alvin merasa terganggu bahkan dalam novelnya alvin hanya di hantui ndalam mimpi saja, jika melihat di filmnya tak ada tanda yang menunjukkan bahwa Alvin hanya bermimpi. Sangat berbeda.
Tapi biar bagaimanapun perlu di acungi jempol karena selain film ini mengagumkan banyak hal yang dapat kita ambil diantaranya, kita tidak boleh punya dendam apalagi hanya karena sesuatu yang tak penting. Film inipun hanya cocok untuk dewasa tidak untuk dipertontonkan pada anak-anak. Yang penting great buat penulis!
Selamat menonton!
Oleh: Qiswatin Hasanah
Kelas:XI IPS 1
Polemek masa lalu, cinta dan setan?
Judul film :12.00 a.m
Editor :Elham Cahya
Produksi :Grandiz Media Production
Lulus sensor :25 agustus 2005
Durasa waktu :120 menit
Pada era globalisasi bukan hanya terjadi perang pena saja, tapi perang dalam dunia film pun sudah mendarah daging, terutama dalam dunia horor. 12.00 a.m salah satunya, film yang menyita waktu 120 menit ini merupakan salah satu film yang di sutradarai oleh
Satu persatu, masalah mulai bermunculan dalam hidup Alvin (Robertino) dan semua itu bermula dari masalah yang terjadi antara alvin dan kekasihnya Inez (Olga lidya). Profesi Alvin sebagai fotografer membuat Inez (Olga lidya) kurang perhatiannya. Dan tidak hanya itu pula masalah yang alami Alvin diapun mengalami teror setan yang menyerupai seorang wanita yang sering mengganggu alvin. Pada suatu hari Alvin bertemu dan berkenalan dengan Clara (Fenetas Zawawi) gadis cantik dan seksi,hubungan Albin dan inez seakin renggang sedangkan Alvin dan clara semakin dekat.
Di tempat lain Inez kekasih alvin juga mengalami hal yang sama, teror setan wanita juga mengganggunya mencekam setiap detik hidupnya.
Tidak hanya alvin dan Inez yang mengalami teror setan wanita itu Bayu (Reonaldo Stokhorst) dan kekasihnya Amel (Inong) juga mengalami hal yang sama, tapi yang paling parah setan wanita itu tidak hnaya mengganggu amel tapi juga merasukinya sampai-samapi amel nekat mengiris tangannya dengan pisau dapur dan menuliskan ‘aku kembali’ dengan darahnya sendiru.
Alvin menjenguk Inez kekasihnya yang sedang frustasi tapi disana dia menemukan foto Inez dan Clara.
Sebuah film akan di nilai sukses salah satunya di dukung oleh bagusnya akting tokoh dalam film tersebut, namun aktinng Alvin dalam film aini sangat kaku sehingga film ini terlihat sedikit gamblang ketika Alvin di haruskan untuk tegas kepada Inez. Alvin tidak bisa menunjukkannya tapi dia seperti orang bingung dan Alvin terlihat kaku ketika di hadapakan dengan teror setan wanita itu. Tapi dengan acting Inez, Bayu dan Amel yang sangat baik menyebabkan film ini sangat menarik untuk di tonton.
12.00 WIB, sekilas kalau kita melihat judulnya kita pasti akan berfikiran kalu film ini akna menggunakan waktu tengah malam. Tapi film ini tidak seperti apa yang kita fikirkan, waktu yang di gunakan antara siang malam sama-sama panjang dan setan selalu tampak setiap waktu sehingga para penonoton akan banyak di kejutkan oleh penampakan–penampakan yang tidak terduga.
Setiap sutradara film pasti menginginkan filmnya sukses begitupun dengan Candra Willim, dia juga mengharapkan film 12.00 am ini menuai sukses besar sehingga dia berusaha melakukan yang terbaik untuk film ini salah satunya dengan memermak setting film ini seapik mungkin yang terkesan film ini sangat horor. Pun menyebabkan film ini tidak cocok di tonton anak-anak dan para remaja yang tidak dewasa.
Para pecinta film khususnya pecinta horor kalau ingin tahu bagaimana jalan ceritanya 12.00 am buruan tonton film ini.
Oleh: Lutfiatun Hasanah
Kelas: XI IPS 1
Editor :Elham Cahya
Produksi :Grandiz Media Production
Lulus sensor :25 agustus 2005
Durasa waktu :120 menit
Pada era globalisasi bukan hanya terjadi perang pena saja, tapi perang dalam dunia film pun sudah mendarah daging, terutama dalam dunia horor. 12.00 a.m salah satunya, film yang menyita waktu 120 menit ini merupakan salah satu film yang di sutradarai oleh
Satu persatu, masalah mulai bermunculan dalam hidup Alvin (Robertino) dan semua itu bermula dari masalah yang terjadi antara alvin dan kekasihnya Inez (Olga lidya). Profesi Alvin sebagai fotografer membuat Inez (Olga lidya) kurang perhatiannya. Dan tidak hanya itu pula masalah yang alami Alvin diapun mengalami teror setan yang menyerupai seorang wanita yang sering mengganggu alvin. Pada suatu hari Alvin bertemu dan berkenalan dengan Clara (Fenetas Zawawi) gadis cantik dan seksi,hubungan Albin dan inez seakin renggang sedangkan Alvin dan clara semakin dekat.
Di tempat lain Inez kekasih alvin juga mengalami hal yang sama, teror setan wanita juga mengganggunya mencekam setiap detik hidupnya.
Tidak hanya alvin dan Inez yang mengalami teror setan wanita itu Bayu (Reonaldo Stokhorst) dan kekasihnya Amel (Inong) juga mengalami hal yang sama, tapi yang paling parah setan wanita itu tidak hnaya mengganggu amel tapi juga merasukinya sampai-samapi amel nekat mengiris tangannya dengan pisau dapur dan menuliskan ‘aku kembali’ dengan darahnya sendiru.
Alvin menjenguk Inez kekasihnya yang sedang frustasi tapi disana dia menemukan foto Inez dan Clara.
Sebuah film akan di nilai sukses salah satunya di dukung oleh bagusnya akting tokoh dalam film tersebut, namun aktinng Alvin dalam film aini sangat kaku sehingga film ini terlihat sedikit gamblang ketika Alvin di haruskan untuk tegas kepada Inez. Alvin tidak bisa menunjukkannya tapi dia seperti orang bingung dan Alvin terlihat kaku ketika di hadapakan dengan teror setan wanita itu. Tapi dengan acting Inez, Bayu dan Amel yang sangat baik menyebabkan film ini sangat menarik untuk di tonton.
12.00 WIB, sekilas kalau kita melihat judulnya kita pasti akan berfikiran kalu film ini akna menggunakan waktu tengah malam. Tapi film ini tidak seperti apa yang kita fikirkan, waktu yang di gunakan antara siang malam sama-sama panjang dan setan selalu tampak setiap waktu sehingga para penonoton akan banyak di kejutkan oleh penampakan–penampakan yang tidak terduga.
Setiap sutradara film pasti menginginkan filmnya sukses begitupun dengan Candra Willim, dia juga mengharapkan film 12.00 am ini menuai sukses besar sehingga dia berusaha melakukan yang terbaik untuk film ini salah satunya dengan memermak setting film ini seapik mungkin yang terkesan film ini sangat horor. Pun menyebabkan film ini tidak cocok di tonton anak-anak dan para remaja yang tidak dewasa.
Para pecinta film khususnya pecinta horor kalau ingin tahu bagaimana jalan ceritanya 12.00 am buruan tonton film ini.
Oleh: Lutfiatun Hasanah
Kelas: XI IPS 1
MEMORIES OF RANIAS
Mungkin tak banyak orang yang mengenalku, tak banyak pula yang tahu tentangku. Bagaimana mungkin, aku hanya seorang gadis yang tertakdir lahir di sebuah desa. Desa yang telah membuatku tumbuh menjadi mawar tak berduri, desa yang telah membuatku mengenal tawa juga aksara dunia. Ibuku, seorang wanita muda yang tak punya suara. Ayahku, seorang laki-laki desa yang…..ah…aku muak mengingatnya! Bukan karena aku tak menyayanginya, tapi ayah sendiri yang mengajariku untuk tak menyayangi apapun, selain diri sendiri.
Aku tumbuh di kalangan masyarakat yang selalu sibuk mencibir kesalahan orang lain, sedang dosanya tak terhitung. Aku anak kedua dari tiga bersaudara, satu-satnya anak perempuan di rumahku selain Ibu. Hidup selalu membuatku bertanya, kenapa aku terlahr sebagai perempuan? Yang hidupnya selalu dikesampingkan. Kenapa aku terlahir sebagai perempuan? Yang tak pernah lepas dari cibiran. Namun salahkah aku menjadi perempuan, hingga aku harus selalu disalahkan? Apakah kesalahanku menjadi perempuan, hingga aku harus menahan ribuan kebencian?
Bukan pilihanku, tapi Tuhan yang memlihkannya untukku. Begitu kata Ibu. “Takdir tak mempermainkanmu, bukan pula Tuhan!”, jelasnya padaku. Lalu siapa, siapa yang bersalah hingga aku begini.bahkan telah tertanam di benakku, “Terlahir sebagai perempuan takkan pernah membuatku beruntung”.
Karena aku perempuan, aku harus mengalah pada kedua saudaraku yang laki-laki. Karena aku perempuan, aku rela menerima getirnya kehidupan. Karena aku pun perempuan, aku harus merasakan jatuh cinta. Bukan ini yang ku mau! Bukan hidup yang seperti ini yang ingin ku pilih, Tuhan! Terlahir sebagai perempuan tak membuatku bersuara, bahkan untuk memilih.
Perempuan mana yang mau dinikahkan diusia 15 tahun, disaat ia menikmati hidupnya sebagai pelajar, disaat ia berusaha bejuang melawan arus keterbelakangan. Menikah siri dengan alasan mahrom, itu yang kujalani beberapa tahun lalu. Tak ada yang memberitahuku, bahkan hanya untuk sekedar meminta pendapatku. Tak tahunya aku telah diakad dengan seorang laki-laki yang ‘baik’ kata Ayah-Ibuku. Karena kegigihanku lah yang tetap menolak untuk tinggal serumah dengannya, hingga aku tetap bisa melanjutkan sekolah di sini.
Pernikahan siri hanyalah sebuah gergaji untuk merobohkan dinding ke-mahroman. Dan setelah itu, aku tak ubahnya sampah yang kapan saja bisa dipungut sekaligus dibuang saat tak dibutuhkan. Aku menikah diusia 15 tahun dan menjanda diusia 16 tahun, lucu…?
TIDAK!!!
Aku bahkan sempat berfikir bahwa Tuhan tengah menertawakanku dari atas sana, karena makhluk yang diutusnya telah berhasil mencampakkan aku. Bukan hanya itu, ribuan cibiran tetanggapun harus terpaksa ku telan. Orang itu benar-benar membuangku. Kurang satu bulan dia menjatuhkan talaq, ia menikahi seorang wanita desa tetangga. Aku mengenalnya, begitupun wanita itu. Yang tak kusangka, wanita itu justru bahagia di balik ribuan bibir yang asyik mencemoohkaku.
Tak tanggung-anggung, begitu menikah siri ia meminta untuk membuat surat nikah di KUA dan resmi menjadi suami istri sekaligus tinggal satu atap dan meninggalkan sekolah yang sebenarnya lebih memberikannya masa depan. Ternyata aku lupa, keterbelakangan rupanya telah mendarahdaging di sini. Aku miris mendengarnya.
Namun di satu sisi, aku harus merasa beruntung karena keteguhankulah untuk tidak tinggal serumah dengannya dan tak memberikannya kesempatan sedikitpun untuk berani menyentuhku. Aku tak mau peduli orang akan berkata apa, karena bagi mereka seorang lelaki tidak mungkin menjatuhkan talaq kalau bukan istrinya yang membuat ulah, tanpa mereka sadari bahwa merek masih berada di ketiak laki-laki. Aku tetaplah mawar tanpa duri, tapi aku bukan mereka yang kapan saja bisa dijamah dan dinikmati lelaki.
Dari balik kebencian ini, syukurlah kini keluargaku mulai membuka mata untuk memperjuangkan pendidikanku sebagai satu-satunya perempuan putri mereka. Dan saya minta kepada pembaca sekalian untuk senantiasa mengiringi saya dengan doa agar jalan saya ke depan penuh hikmah meski dengan jalan terjal, karena Insyaallah setelah lulus dari MA I Annuqayah Putri ini nanti saya akan mengikuti kakak saya ke Sudan, di fakultas kedokteran, Insyallah!
Satu hal yang harus kita ingat, pernikahan di usia dini bukan satu-satunya pilihan meski dengan alasan apapun, karena yakinlah suatu saat nanti akan timbul penyesalan yang sangat.
XI IPA
Aku tumbuh di kalangan masyarakat yang selalu sibuk mencibir kesalahan orang lain, sedang dosanya tak terhitung. Aku anak kedua dari tiga bersaudara, satu-satnya anak perempuan di rumahku selain Ibu. Hidup selalu membuatku bertanya, kenapa aku terlahr sebagai perempuan? Yang hidupnya selalu dikesampingkan. Kenapa aku terlahir sebagai perempuan? Yang tak pernah lepas dari cibiran. Namun salahkah aku menjadi perempuan, hingga aku harus selalu disalahkan? Apakah kesalahanku menjadi perempuan, hingga aku harus menahan ribuan kebencian?
Bukan pilihanku, tapi Tuhan yang memlihkannya untukku. Begitu kata Ibu. “Takdir tak mempermainkanmu, bukan pula Tuhan!”, jelasnya padaku. Lalu siapa, siapa yang bersalah hingga aku begini.bahkan telah tertanam di benakku, “Terlahir sebagai perempuan takkan pernah membuatku beruntung”.
Karena aku perempuan, aku harus mengalah pada kedua saudaraku yang laki-laki. Karena aku perempuan, aku rela menerima getirnya kehidupan. Karena aku pun perempuan, aku harus merasakan jatuh cinta. Bukan ini yang ku mau! Bukan hidup yang seperti ini yang ingin ku pilih, Tuhan! Terlahir sebagai perempuan tak membuatku bersuara, bahkan untuk memilih.
Perempuan mana yang mau dinikahkan diusia 15 tahun, disaat ia menikmati hidupnya sebagai pelajar, disaat ia berusaha bejuang melawan arus keterbelakangan. Menikah siri dengan alasan mahrom, itu yang kujalani beberapa tahun lalu. Tak ada yang memberitahuku, bahkan hanya untuk sekedar meminta pendapatku. Tak tahunya aku telah diakad dengan seorang laki-laki yang ‘baik’ kata Ayah-Ibuku. Karena kegigihanku lah yang tetap menolak untuk tinggal serumah dengannya, hingga aku tetap bisa melanjutkan sekolah di sini.
Pernikahan siri hanyalah sebuah gergaji untuk merobohkan dinding ke-mahroman. Dan setelah itu, aku tak ubahnya sampah yang kapan saja bisa dipungut sekaligus dibuang saat tak dibutuhkan. Aku menikah diusia 15 tahun dan menjanda diusia 16 tahun, lucu…?
TIDAK!!!
Aku bahkan sempat berfikir bahwa Tuhan tengah menertawakanku dari atas sana, karena makhluk yang diutusnya telah berhasil mencampakkan aku. Bukan hanya itu, ribuan cibiran tetanggapun harus terpaksa ku telan. Orang itu benar-benar membuangku. Kurang satu bulan dia menjatuhkan talaq, ia menikahi seorang wanita desa tetangga. Aku mengenalnya, begitupun wanita itu. Yang tak kusangka, wanita itu justru bahagia di balik ribuan bibir yang asyik mencemoohkaku.
Tak tanggung-anggung, begitu menikah siri ia meminta untuk membuat surat nikah di KUA dan resmi menjadi suami istri sekaligus tinggal satu atap dan meninggalkan sekolah yang sebenarnya lebih memberikannya masa depan. Ternyata aku lupa, keterbelakangan rupanya telah mendarahdaging di sini. Aku miris mendengarnya.
Namun di satu sisi, aku harus merasa beruntung karena keteguhankulah untuk tidak tinggal serumah dengannya dan tak memberikannya kesempatan sedikitpun untuk berani menyentuhku. Aku tak mau peduli orang akan berkata apa, karena bagi mereka seorang lelaki tidak mungkin menjatuhkan talaq kalau bukan istrinya yang membuat ulah, tanpa mereka sadari bahwa merek masih berada di ketiak laki-laki. Aku tetaplah mawar tanpa duri, tapi aku bukan mereka yang kapan saja bisa dijamah dan dinikmati lelaki.
Dari balik kebencian ini, syukurlah kini keluargaku mulai membuka mata untuk memperjuangkan pendidikanku sebagai satu-satunya perempuan putri mereka. Dan saya minta kepada pembaca sekalian untuk senantiasa mengiringi saya dengan doa agar jalan saya ke depan penuh hikmah meski dengan jalan terjal, karena Insyaallah setelah lulus dari MA I Annuqayah Putri ini nanti saya akan mengikuti kakak saya ke Sudan, di fakultas kedokteran, Insyallah!
Satu hal yang harus kita ingat, pernikahan di usia dini bukan satu-satunya pilihan meski dengan alasan apapun, karena yakinlah suatu saat nanti akan timbul penyesalan yang sangat.
XI IPA
Bukan Aku, Tuhan!
“Roni dan Faza jadian”, serasa tersambar petir saat ku dengar kabar itu.awalnya aku tak percaya tapi aku berusaha mencerna kata-kata sahabatku yang memang fakta adanya. Kabar yang tak pernah ku duga sebelumnya. Detik berikutnya aku tak mengerti mengapa air mata ini mengalir?” tak ada yng hak aku menangisi semua ini karena ku sadr roni bukan siapa-siapa, dia hanya sebatas kakak tanpa hubungan keluarga.
Ingatanku kembali pada masa lalu, masa di mana baru pertam aku mengenal Roni, entah bagaiman cara dia mengenalku yang ku tahu dia adalah sahabat kakak sepupuku, sebenarnya aku tak ingin mengenalnya karena watak kedua orang tuaku yang selalu menentang hubungan dengan seorang laki-laki. Sebelumnya aku tak pernah tahu seperti apa wajahnya, tanpa menunda waktu ia datang ke rumah bersama kakak sepupuku, kebetulan saat itu tak ada siapa-siapa di rumah, hanya aku sendiri, tak ada percakapan panjang diantara kami hanya tatapan tak bermakna mewakilkan perasaan kami. Itulah awal perkenalan kami, dan sejak saat itu pula nama Roni tak pernahabsen lagi di panggilan masuk ponselku.
Roni adalah orang pertama yang berani bertaruh bahwa dia bisa memelikiku, namun prinsipku lebih kuat dari pada ambisinya. Maka ketika dia menyatakan perasaannya, tanpa ku jawab dia mengerti apa yang akan ku katakana dan memilih menjadi kakak dari pada pacarku. Ber minggu-minggu Roni menjelma sebagai seorang kakak dalam kehidupanku, dengan perhatian yang begitu besar membuatku seakan luluh padanya bahkan semakin hari rasa sayang itu semakin mengakarmelebihi rasa sayangku pada seseorang yang sebelumnya ku cintai, rasa itu tak lagi pada seorang kakak, melainkan lebih dari pada sosok seorang kakak, namun Roni tak merasakn hal itu, membuatku menyimpan semuanya sendiri.
Hampir setiap detik Roni menghubungiku lewat ponsel, sebab pertemuan tak mungkin terjadi, karena kalau tidak kicauan tetangga sedesa akan terdengar mengenai pertemuan seorang perempuan dengan seorang lelaki yang tak pantas dilakukan, dan semua itu bisa mencoreng kehormatan keluargaku dan mungkin juga keluarganya. Kami pun tak ingin mengambil resiko itu hanya untuk mengobati rasa rindu yang tak berujung, usia yang hanya terpaut dua tahun dengannya membuat kami lebih mudah mengerti tentang diri masing-masing. Kasih sayang dan perhatian Roni tak pernah berkurang, bahkan semakin bertambah membuatku semakin percaya bahwa dia lelaki yang baik. Cara bicaranya pun lembut dan tak pernah berbicara hal-hal yang negative.
Kekagumanku pada Roni mengubah pola kehidupanku yang cenderung tak baik, dan sekarang aku mulai melupakan sahabat-sahabatku, bahkan seseorang yang pernah ku cintai. Aku lebih memilih berhubungan dengan Roni dari pada yang lain, meski semua itu hanya sebatas hubungan kakak-adik, dan akhirnya kedua orang tuaku tahu hubungan itu dan tak sedidikit pun melarangku.
“Yang penting tidak pacaran”, begitu kata mereka. Maka aku pun terbiasa jika harus menerima telepon darinya dekat kedua orang tuaku, dan hubungan itu tak pernah berakhir hingga suatu hari aku mengenalkan Kak Roni pada Faza. Salah satu temanku yang mengaku mengenalnya saat di SD, dia lebih muda dariku dan kelasnya pun dua tingkat di bawahku yang sekarang duduk di kelas XI IPS 1. Sedang dia masih di bangku SMP kelas IX. Meski demikian tak ada tingkah laku yang menunjukkan ia dewasa, sifat kekanak-kanakannya membuatnya terlihat lebih muda dari teman-teman sebayanya. Tapi semua itu tak ku pikirkan, biarlah ia berkenalan dengan Kak Roni, karena Kak Roni sendiri mengaku tak mengenal Faza.
Sejak perkenalan keduanya, nama Kak Roni jarang muncul di layer ponselku, dan aku membiarkan semua itu tanpa berusaha menghubunginya, hingga suatu hari dia muncul kembali dan mengatakan tak kan menghubungiku lagi, karena tak ingin mengganggu liburanku. Serta merta aku tak terima dengan perkataannya karena sedikit pun aku tak merasa terganggu, selanjutnya aku memilih diam dam mematikan ponselku hingga masa liburanku selesai. Aku kembali ke asrama dengan tugas menumpuk di sana-sini, kembali sekolah dan berkumpul dengan teman-temanku. Pagi itu, hari minggu, sekolah libur. Aku bersama Faza pergi menghadiri sebuah pelatihan, seperti minggu sebelumnya.
Meski beda kelas, aku dan Faza satu asrama sehingga tak jarang kami sering bersama. Di bawah pohon pinus kami duduk, Faza bercerita tentang Kak Roni begitu juga aku, sesekali Faza ku gojlok dengan Kak Roni, sifat kenak-kanakannya membuatnya ngambek tapin setelah itu kami tertawa kembali.
“Aku takut kamu jealous ma aku”, papar Faza waktu itu, aku hanya tertawa menanggapi ucapannya.
“Meski aku aku jealous, aku akan berusaha agar aku tetap biasa-biasa saja”, ucapku tetap tertawa.
“Tapi….”, kata-kata Faza tak ku tanggapi, aku menariknya ke pafing, Faza hanya mendengus, tapi aku tak peduli tentang hal itu.
Sejak pagi itu, sikap Faza berubah dingin padaku tapi aku tak terlalu memikirkan hal tersebut. Hingga malam ini ku ketahui bahwa ternyata Faza dan kak Roni pacaran. Pen yang sedari tadi ku pegang terjatuh, dan catatan yang sedari tadi ku tulis kini terlantar, aku sibuk dengan air mata yang tiba-tiba saja mengalir,kak Eka berusaha menghiburku, begitu jugu dengan Mutia, Ulfa dan Dita, tapi semua itu tak berpengaruh bagiku, hati ini tetap sakit merasa dihianati. Kenapa disaat aku sayang padanya dia pergi tanpa sebelumnya bilang padaku?
“Jadi bagaiman keputusamu?” Tanya Ulfa,
“Entahlah!” Jawabku singkat, merekapun memilah diam dan pergi meninggalkanku yang kini entah seperti apa.
“ aku akan menemaninya”, jawab kak Eka saat diajak pergi yang lain. Aku kembali menceriatakan kenannganku bersama kak Roni dan lagi-lagi mata ini tak bisa menampung air mataku.
Keesokan harinya, tidak seperti biasa Faza tak terlihat di asrama. Saat dia tiba, teman-teman satu asramaku menyindirnya dengan kata-kata yang tak bisa di bilang lembut. Aku memilih diam menahan sakit saat melihatnya. Suasana memanas, Faza tetap tak merespon, Dita cs menghentikan ocehannya ketika Faza pergi dan mereka merasa menang. Begitu pula aku, mungkin rasa sakit yang amat sangat membuatku tak algi menggunakan rasio.
Suasan tak berubah hingga kami memutuskan untuk menyelesaikan semuanya agar tak ada suasan yang tak nyaman, maka kami bersama menfginterogasi Faza yang saat ini telah mengaku bahwa ia mencintai kak Roni sejak dulu jauh sebelum aku, dan semua itu membuat hati ini semakin sakit. Aku menggugatny, karena ia tak memberi tahu tentang hubungannya dengan kak Roni.
“Bagaimana kau menerima Roni se,mentara kau tahu ada orang lain yang sangat menyayanginya?”Tanya kak Eka berapi-api, dia tetap pada posisinya duduk di pojok.
“Aku juga ga’ tahu kenap bisa aku menerima dia,aku ga’ ngerti ma ku sendiri”,jawabnya.
“Maksudmua apa?” tanyaku, Faza tetap bergeming tak menghiraukan pertanyaanku, aku pun tak ingin mengulang pertanyaan tak penting itu dan segera beranjak meninggalkan Faza, biarlah sakit menemaniku untuk sementara waktu.
Aku kembali mendekati Ulfa bercerita tentang persaanku saat ini, tenatng sesuatu yang mengganjal dalam sel otakku yaitu ‘Bagaimana bisa kak Roni begitu cepat melupakanku? Dengan mudah pula ia mencintai seseorang yang baru ia kenal? Aku tahu, memang tak ada yang tahu kapan cinta itu datang, tapi bagitu semmua itu sangat mustahil. Mungkin karena aku jealous sehingga aku berpikir seperti itu.
“ Katanya dia nembak Faza kerena dia ingin kamu ngerasain gimana dulu ia ngerasain sakit ketika dulu kamu tolak”, jelas Dita di barengi anggukan Mutia. Aku segera beranjak meninggalkan mereka berdua, jika memang itu keinginannya aku akan berusaha melupakan sekuany atermasuk juga kenanga bersamanya meski dulu sama sekali aku tak ingin jauh darinya biarlah rasa sakit ini ku rasakan sendiri toh ahirnya akan hilang juga.
Annuqayah,11 Desember 2009
Guluk-guluk,sumenep
watiex @ yellow XI IPS I
Ingatanku kembali pada masa lalu, masa di mana baru pertam aku mengenal Roni, entah bagaiman cara dia mengenalku yang ku tahu dia adalah sahabat kakak sepupuku, sebenarnya aku tak ingin mengenalnya karena watak kedua orang tuaku yang selalu menentang hubungan dengan seorang laki-laki. Sebelumnya aku tak pernah tahu seperti apa wajahnya, tanpa menunda waktu ia datang ke rumah bersama kakak sepupuku, kebetulan saat itu tak ada siapa-siapa di rumah, hanya aku sendiri, tak ada percakapan panjang diantara kami hanya tatapan tak bermakna mewakilkan perasaan kami. Itulah awal perkenalan kami, dan sejak saat itu pula nama Roni tak pernahabsen lagi di panggilan masuk ponselku.
Roni adalah orang pertama yang berani bertaruh bahwa dia bisa memelikiku, namun prinsipku lebih kuat dari pada ambisinya. Maka ketika dia menyatakan perasaannya, tanpa ku jawab dia mengerti apa yang akan ku katakana dan memilih menjadi kakak dari pada pacarku. Ber minggu-minggu Roni menjelma sebagai seorang kakak dalam kehidupanku, dengan perhatian yang begitu besar membuatku seakan luluh padanya bahkan semakin hari rasa sayang itu semakin mengakarmelebihi rasa sayangku pada seseorang yang sebelumnya ku cintai, rasa itu tak lagi pada seorang kakak, melainkan lebih dari pada sosok seorang kakak, namun Roni tak merasakn hal itu, membuatku menyimpan semuanya sendiri.
Hampir setiap detik Roni menghubungiku lewat ponsel, sebab pertemuan tak mungkin terjadi, karena kalau tidak kicauan tetangga sedesa akan terdengar mengenai pertemuan seorang perempuan dengan seorang lelaki yang tak pantas dilakukan, dan semua itu bisa mencoreng kehormatan keluargaku dan mungkin juga keluarganya. Kami pun tak ingin mengambil resiko itu hanya untuk mengobati rasa rindu yang tak berujung, usia yang hanya terpaut dua tahun dengannya membuat kami lebih mudah mengerti tentang diri masing-masing. Kasih sayang dan perhatian Roni tak pernah berkurang, bahkan semakin bertambah membuatku semakin percaya bahwa dia lelaki yang baik. Cara bicaranya pun lembut dan tak pernah berbicara hal-hal yang negative.
Kekagumanku pada Roni mengubah pola kehidupanku yang cenderung tak baik, dan sekarang aku mulai melupakan sahabat-sahabatku, bahkan seseorang yang pernah ku cintai. Aku lebih memilih berhubungan dengan Roni dari pada yang lain, meski semua itu hanya sebatas hubungan kakak-adik, dan akhirnya kedua orang tuaku tahu hubungan itu dan tak sedidikit pun melarangku.
“Yang penting tidak pacaran”, begitu kata mereka. Maka aku pun terbiasa jika harus menerima telepon darinya dekat kedua orang tuaku, dan hubungan itu tak pernah berakhir hingga suatu hari aku mengenalkan Kak Roni pada Faza. Salah satu temanku yang mengaku mengenalnya saat di SD, dia lebih muda dariku dan kelasnya pun dua tingkat di bawahku yang sekarang duduk di kelas XI IPS 1. Sedang dia masih di bangku SMP kelas IX. Meski demikian tak ada tingkah laku yang menunjukkan ia dewasa, sifat kekanak-kanakannya membuatnya terlihat lebih muda dari teman-teman sebayanya. Tapi semua itu tak ku pikirkan, biarlah ia berkenalan dengan Kak Roni, karena Kak Roni sendiri mengaku tak mengenal Faza.
Sejak perkenalan keduanya, nama Kak Roni jarang muncul di layer ponselku, dan aku membiarkan semua itu tanpa berusaha menghubunginya, hingga suatu hari dia muncul kembali dan mengatakan tak kan menghubungiku lagi, karena tak ingin mengganggu liburanku. Serta merta aku tak terima dengan perkataannya karena sedikit pun aku tak merasa terganggu, selanjutnya aku memilih diam dam mematikan ponselku hingga masa liburanku selesai. Aku kembali ke asrama dengan tugas menumpuk di sana-sini, kembali sekolah dan berkumpul dengan teman-temanku. Pagi itu, hari minggu, sekolah libur. Aku bersama Faza pergi menghadiri sebuah pelatihan, seperti minggu sebelumnya.
Meski beda kelas, aku dan Faza satu asrama sehingga tak jarang kami sering bersama. Di bawah pohon pinus kami duduk, Faza bercerita tentang Kak Roni begitu juga aku, sesekali Faza ku gojlok dengan Kak Roni, sifat kenak-kanakannya membuatnya ngambek tapin setelah itu kami tertawa kembali.
“Aku takut kamu jealous ma aku”, papar Faza waktu itu, aku hanya tertawa menanggapi ucapannya.
“Meski aku aku jealous, aku akan berusaha agar aku tetap biasa-biasa saja”, ucapku tetap tertawa.
“Tapi….”, kata-kata Faza tak ku tanggapi, aku menariknya ke pafing, Faza hanya mendengus, tapi aku tak peduli tentang hal itu.
Sejak pagi itu, sikap Faza berubah dingin padaku tapi aku tak terlalu memikirkan hal tersebut. Hingga malam ini ku ketahui bahwa ternyata Faza dan kak Roni pacaran. Pen yang sedari tadi ku pegang terjatuh, dan catatan yang sedari tadi ku tulis kini terlantar, aku sibuk dengan air mata yang tiba-tiba saja mengalir,kak Eka berusaha menghiburku, begitu jugu dengan Mutia, Ulfa dan Dita, tapi semua itu tak berpengaruh bagiku, hati ini tetap sakit merasa dihianati. Kenapa disaat aku sayang padanya dia pergi tanpa sebelumnya bilang padaku?
“Jadi bagaiman keputusamu?” Tanya Ulfa,
“Entahlah!” Jawabku singkat, merekapun memilah diam dan pergi meninggalkanku yang kini entah seperti apa.
“ aku akan menemaninya”, jawab kak Eka saat diajak pergi yang lain. Aku kembali menceriatakan kenannganku bersama kak Roni dan lagi-lagi mata ini tak bisa menampung air mataku.
Keesokan harinya, tidak seperti biasa Faza tak terlihat di asrama. Saat dia tiba, teman-teman satu asramaku menyindirnya dengan kata-kata yang tak bisa di bilang lembut. Aku memilih diam menahan sakit saat melihatnya. Suasana memanas, Faza tetap tak merespon, Dita cs menghentikan ocehannya ketika Faza pergi dan mereka merasa menang. Begitu pula aku, mungkin rasa sakit yang amat sangat membuatku tak algi menggunakan rasio.
Suasan tak berubah hingga kami memutuskan untuk menyelesaikan semuanya agar tak ada suasan yang tak nyaman, maka kami bersama menfginterogasi Faza yang saat ini telah mengaku bahwa ia mencintai kak Roni sejak dulu jauh sebelum aku, dan semua itu membuat hati ini semakin sakit. Aku menggugatny, karena ia tak memberi tahu tentang hubungannya dengan kak Roni.
“Bagaimana kau menerima Roni se,mentara kau tahu ada orang lain yang sangat menyayanginya?”Tanya kak Eka berapi-api, dia tetap pada posisinya duduk di pojok.
“Aku juga ga’ tahu kenap bisa aku menerima dia,aku ga’ ngerti ma ku sendiri”,jawabnya.
“Maksudmua apa?” tanyaku, Faza tetap bergeming tak menghiraukan pertanyaanku, aku pun tak ingin mengulang pertanyaan tak penting itu dan segera beranjak meninggalkan Faza, biarlah sakit menemaniku untuk sementara waktu.
Aku kembali mendekati Ulfa bercerita tentang persaanku saat ini, tenatng sesuatu yang mengganjal dalam sel otakku yaitu ‘Bagaimana bisa kak Roni begitu cepat melupakanku? Dengan mudah pula ia mencintai seseorang yang baru ia kenal? Aku tahu, memang tak ada yang tahu kapan cinta itu datang, tapi bagitu semmua itu sangat mustahil. Mungkin karena aku jealous sehingga aku berpikir seperti itu.
“ Katanya dia nembak Faza kerena dia ingin kamu ngerasain gimana dulu ia ngerasain sakit ketika dulu kamu tolak”, jelas Dita di barengi anggukan Mutia. Aku segera beranjak meninggalkan mereka berdua, jika memang itu keinginannya aku akan berusaha melupakan sekuany atermasuk juga kenanga bersamanya meski dulu sama sekali aku tak ingin jauh darinya biarlah rasa sakit ini ku rasakan sendiri toh ahirnya akan hilang juga.
Annuqayah,11 Desember 2009
Guluk-guluk,sumenep
watiex @ yellow XI IPS I
DI ATAS DUKA
Oleh: watiex @ yellow XI IPS I
Kau ciptakan tawa dalam tangisku
Kau ciptakan senyum dalam rintihanku
Kau ciptakan sunyi dalam gelisah cinta
Dalam gubuk deritaku
Tidakkah kau sadari
Bahagiamu adalah duka bagiku
Tidakkah kau lihat
Bunga yang baru mekar
Kuncup kembali
Layu,
Tak mampu mencampakkan duka
yang di genggamnya
Kau ciptakan tawa dalam tangisku
Kau ciptakan senyum dalam rintihanku
Kau ciptakan sunyi dalam gelisah cinta
Dalam gubuk deritaku
Tidakkah kau sadari
Bahagiamu adalah duka bagiku
Tidakkah kau lihat
Bunga yang baru mekar
Kuncup kembali
Layu,
Tak mampu mencampakkan duka
yang di genggamnya
LUKA KEMBALI
aku hanya tak ingin goresan luka ini tergores lagi. Aku mohon...! jangan paksa aku untuk membenci siapapun, aku tak bisa.
awan who peaceable, untukmu yang tak pernah mengertiku
awan who peaceable, untukmu yang tak pernah mengertiku
I’am Sorry, Mom!
Oleh: watiex @ yellow*
Masa lalu itu, membuatku terusir dari kehidupan mama, masa lalu yang merenggut nyawa kakakku, meninggalkan kenangan indah yang sekian tahun telah terajut di hati mama, membuat posisi kakak tak tergeser nol derajat pun dari hati mama. Senyum mama yang selalu merekah mendengar celoteh-celoteh kakak, mengisi hari-hariku. Setiap pagi ku melihat wajah mama berseri saat manyiram tanaman di halaman rumah. Setelah itu kakak datang langsung manghampiri mama dan langsung mencium kedua pipinya. Pada saat itulah mama tertawa. Yach semuanya berlangsung dalam kehidupanku dengan begitu cepat kini mama tak lagi rela menganggapku anak, mama marah padaku atas kematian kakak yang menurut mama adalah salahku.
Hari ini kucoba menata hatiku kembali, aku kan berusaha membujuk mama kembali untuk memaafkanku. Aku memasuki halaman rumah yang memang lumayan luas. Ku edarkan pandangan ke sekeliling rumah, yang telah lama aku tinggalkan. Mataku tertumbuk pda seseorang yang duduk bersandar di kursi menatap sebuah foto yang tak lain adalah foto kakak. Di sampingnya, bunga anggrek putih tumbuh. Tempat inilah yang menjadi kenangan indah bersama kakak. Ku hampiri mama dengan keberanian penuh. Tatapan matanya kosong, tubuhnya semakin kurus dan lingkaran hitam di matanya terlihat sangat jelas.
“ Ma…,”panggilku dengan suara yang terdengar kaku. Mama menoleh sekilas lalu memalingkan muka, aku terhenyak melihat ekspersinya.
“ Ma…Vallen minta maaf,” suaraku terdengar sedikit berharap. Aku bersimpuh di depan mama.
“Aku tak butuh maafmu, Pergi!” bentak mama.
“ Ma, kematian kakak bukan salahku, ini adalah garis hidup,” bantahku.
“ Tahu apa kau tentang garis hidup? Andai kau tak menyuruh Ravel waktu itu, tentu semua ini takkan pernah terjadi.”
“ Tapi ma…”
Plak!
Sebuah tamparan yang selalu ku hindari dari orang yang sangat berarti. Entah berubah warna apa pipiku, yang ku rasa hanya panas, perih di hati. Mama ynag senyumnya sangat berarti bagiku tak lagi mengharap kehadiranku.
“ Pergi!” teriak mama menodongku.
“ Baik ma, Vallen pergi. Sampaikan salam rinduku pada Nini,” ucapku akhirnya meninggalkan mama yang menatapku tajam. Ku lihat Nini adikku berlari kearahku namun di cegah oleh mama.
“ Kak, kak Vallen, Nini kangen, tunggu Nini kak!” teriaknya. Aku melangkah untuk menghampirinya, namun segera kuurungkan niat.dan ku percepat langkah meninggalkan rumah tiba-tiba seseorang menubrukku dari belakang, memeluk erat tubuhku, segera ku sadari seseorang itu adalah Nini dan ku berbalik melepasakan pelukannya.
“ Kak jangan tinggalin Nini, Nini ingin ikut kakak,” ucapnya dalm isak tangis.
“Jangan! Nini harus sama mama ya…”tangis Nini semakin keras dia menggeleng dan menggenggam kedua tanganku erat.
“ Nini masuk!” teriak mama dari kejauhan. Kurengkuh wajah Nini lalu menciun keningnya.
“ Nini, kamu sayang ma kakak kan?” tanyaku, Nini mengangguk. “ kalau Nini sayang kakak, sekarang Nini masuk ya…”ucapku menahan bendungan air mata yang mulai berdesak keluar.
“ Nggak mau, Nini mau sama kakak!” ucapnnya sembari menggenggam tanganku semakin erat.
“ Kakak sayang Nini, kakak nggak pergi jauh kok! Kakak tetap dekat di hati Nini,” ucapku akhirnya melepas genggaman tangan Nini, meningggalkannya. Kuharap ini bukan pertemuanku yang terakhir dengan mama dan Nini ,kulihat mama menggandeng Nini yang meronta, tangisnya semakin menjadi membuat hati ini semakin perih, bendungan air mata yang sedari tadi ku tahan kini jebol. Biarlah orang bilang aku cengeng. Aku takkan mempedulikan lagi apa kata mereka.
Yang ku inginkan sekarang hanyalah mama, kasih sayang mama, semua kebahagiaanku kembali, aku hanya ingin semuanya kembali lagi seperti dulu, meski tak ada lagi sosok kakak dalam hidupku.
Terus saja ku melangkah tanpa ku tahu kemana arah dan tujuanku. Dan tanpa kusadaripun tibi-tiba saja suara jeritan dan berbagai macam teriakan memekakkan telingaku. Setelah itu entah apa lagi yang terjadi aku tak bisa mengingatnya. Kini yang kurasakan hanya kebahagiaan. Tubuhku seakan melayang. Terbang jauh…entah kemana.
@@@
Nini dan mamanya spontan menoleh mendengar suara hantaman yang sangat keras, mereka berdua segera menghampiri kerumunan orang-orang. Serta merta tubuh mereka lemas seakan tak bertulang melihat sosok seorang laki-laki terbujur kaku dengan darah di sekelilingnya. Vallen. Yach…dia telah pergi meninggalkan penyesalan yang sangat dihati mamanya, meninggalkan kenangan indah di hati Nini. Yach tanpa sepengetahuan Vallen wanita yang sangat di cintainya terpekur di samping jasadnya menangisi dirinya, menangisi keeogisannya sebagai seorang ibu.
Maafkan atas salah yang telah ku perbuat mama…
Maafkan atas hadirku yang telah membuatmu menderita
Maafkanlah…
Satu pintaku ma…
Jangan kau hapus semua tentangku
Jangan kau lupakan aku di setiap serpihan doamu
Dan satu hal yang ku ingin katakan
Bahwa…
Aku mencintaimy lebih dari apapun di dunia ini
Aku mencintaimu dengan segala rasa yang bergejolak
Aku mencintaimu
Sekarang dan untuk selamanya
Guluk-guluk, 15 Maret 2010
*penulis adalah seorang yang selalu merindukan kehadiran mama
dan merupakan salah satu anggota club Sakura
Oleh: watiex @ yellow*
Masa lalu itu, membuatku terusir dari kehidupan mama, masa lalu yang merenggut nyawa kakakku, meninggalkan kenangan indah yang sekian tahun telah terajut di hati mama, membuat posisi kakak tak tergeser nol derajat pun dari hati mama. Senyum mama yang selalu merekah mendengar celoteh-celoteh kakak, mengisi hari-hariku. Setiap pagi ku melihat wajah mama berseri saat manyiram tanaman di halaman rumah. Setelah itu kakak datang langsung manghampiri mama dan langsung mencium kedua pipinya. Pada saat itulah mama tertawa. Yach semuanya berlangsung dalam kehidupanku dengan begitu cepat kini mama tak lagi rela menganggapku anak, mama marah padaku atas kematian kakak yang menurut mama adalah salahku.
Hari ini kucoba menata hatiku kembali, aku kan berusaha membujuk mama kembali untuk memaafkanku. Aku memasuki halaman rumah yang memang lumayan luas. Ku edarkan pandangan ke sekeliling rumah, yang telah lama aku tinggalkan. Mataku tertumbuk pda seseorang yang duduk bersandar di kursi menatap sebuah foto yang tak lain adalah foto kakak. Di sampingnya, bunga anggrek putih tumbuh. Tempat inilah yang menjadi kenangan indah bersama kakak. Ku hampiri mama dengan keberanian penuh. Tatapan matanya kosong, tubuhnya semakin kurus dan lingkaran hitam di matanya terlihat sangat jelas.
“ Ma…,”panggilku dengan suara yang terdengar kaku. Mama menoleh sekilas lalu memalingkan muka, aku terhenyak melihat ekspersinya.
“ Ma…Vallen minta maaf,” suaraku terdengar sedikit berharap. Aku bersimpuh di depan mama.
“Aku tak butuh maafmu, Pergi!” bentak mama.
“ Ma, kematian kakak bukan salahku, ini adalah garis hidup,” bantahku.
“ Tahu apa kau tentang garis hidup? Andai kau tak menyuruh Ravel waktu itu, tentu semua ini takkan pernah terjadi.”
“ Tapi ma…”
Plak!
Sebuah tamparan yang selalu ku hindari dari orang yang sangat berarti. Entah berubah warna apa pipiku, yang ku rasa hanya panas, perih di hati. Mama ynag senyumnya sangat berarti bagiku tak lagi mengharap kehadiranku.
“ Pergi!” teriak mama menodongku.
“ Baik ma, Vallen pergi. Sampaikan salam rinduku pada Nini,” ucapku akhirnya meninggalkan mama yang menatapku tajam. Ku lihat Nini adikku berlari kearahku namun di cegah oleh mama.
“ Kak, kak Vallen, Nini kangen, tunggu Nini kak!” teriaknya. Aku melangkah untuk menghampirinya, namun segera kuurungkan niat.dan ku percepat langkah meninggalkan rumah tiba-tiba seseorang menubrukku dari belakang, memeluk erat tubuhku, segera ku sadari seseorang itu adalah Nini dan ku berbalik melepasakan pelukannya.
“ Kak jangan tinggalin Nini, Nini ingin ikut kakak,” ucapnya dalm isak tangis.
“Jangan! Nini harus sama mama ya…”tangis Nini semakin keras dia menggeleng dan menggenggam kedua tanganku erat.
“ Nini masuk!” teriak mama dari kejauhan. Kurengkuh wajah Nini lalu menciun keningnya.
“ Nini, kamu sayang ma kakak kan?” tanyaku, Nini mengangguk. “ kalau Nini sayang kakak, sekarang Nini masuk ya…”ucapku menahan bendungan air mata yang mulai berdesak keluar.
“ Nggak mau, Nini mau sama kakak!” ucapnnya sembari menggenggam tanganku semakin erat.
“ Kakak sayang Nini, kakak nggak pergi jauh kok! Kakak tetap dekat di hati Nini,” ucapku akhirnya melepas genggaman tangan Nini, meningggalkannya. Kuharap ini bukan pertemuanku yang terakhir dengan mama dan Nini ,kulihat mama menggandeng Nini yang meronta, tangisnya semakin menjadi membuat hati ini semakin perih, bendungan air mata yang sedari tadi ku tahan kini jebol. Biarlah orang bilang aku cengeng. Aku takkan mempedulikan lagi apa kata mereka.
Yang ku inginkan sekarang hanyalah mama, kasih sayang mama, semua kebahagiaanku kembali, aku hanya ingin semuanya kembali lagi seperti dulu, meski tak ada lagi sosok kakak dalam hidupku.
Terus saja ku melangkah tanpa ku tahu kemana arah dan tujuanku. Dan tanpa kusadaripun tibi-tiba saja suara jeritan dan berbagai macam teriakan memekakkan telingaku. Setelah itu entah apa lagi yang terjadi aku tak bisa mengingatnya. Kini yang kurasakan hanya kebahagiaan. Tubuhku seakan melayang. Terbang jauh…entah kemana.
@@@
Nini dan mamanya spontan menoleh mendengar suara hantaman yang sangat keras, mereka berdua segera menghampiri kerumunan orang-orang. Serta merta tubuh mereka lemas seakan tak bertulang melihat sosok seorang laki-laki terbujur kaku dengan darah di sekelilingnya. Vallen. Yach…dia telah pergi meninggalkan penyesalan yang sangat dihati mamanya, meninggalkan kenangan indah di hati Nini. Yach tanpa sepengetahuan Vallen wanita yang sangat di cintainya terpekur di samping jasadnya menangisi dirinya, menangisi keeogisannya sebagai seorang ibu.
Maafkan atas salah yang telah ku perbuat mama…
Maafkan atas hadirku yang telah membuatmu menderita
Maafkanlah…
Satu pintaku ma…
Jangan kau hapus semua tentangku
Jangan kau lupakan aku di setiap serpihan doamu
Dan satu hal yang ku ingin katakan
Bahwa…
Aku mencintaimy lebih dari apapun di dunia ini
Aku mencintaimu dengan segala rasa yang bergejolak
Aku mencintaimu
Sekarang dan untuk selamanya
Guluk-guluk, 15 Maret 2010
*penulis adalah seorang yang selalu merindukan kehadiran mama
dan merupakan salah satu anggota club Sakura
RINDU YANG MEMBIRU
Oleh: lutfiyatun hasanah XI IPS I
Lagu hidup tercipta
Instrumen hidup mengalun lembut
Menghantarkan kisah pada klimaks kehidupan
Ada tatap mata bersinar, menyua
Ada bibir yang melengkung indah, menyapa
Semua itu rindu
Rindu yang membiru indah
Waktu seakan berhenti, namun tetap berlari
Pada sekon-sekon kehidupan tak hanya ada
Satu warna
Sketsa itu terkungkung dalam figura berbingkai
Emas permata
Semua itu rindu
Mengeja abjad-abjad hidup pada alfabet
Memburu bayang yang timbul tenggelam
Menderu nafas pada ruang tak berdimensi
Semua itu karena rindu
Rindu yang membiru indah
Oleh: lutfiyatun hasanah XI IPS I
Lagu hidup tercipta
Instrumen hidup mengalun lembut
Menghantarkan kisah pada klimaks kehidupan
Ada tatap mata bersinar, menyua
Ada bibir yang melengkung indah, menyapa
Semua itu rindu
Rindu yang membiru indah
Waktu seakan berhenti, namun tetap berlari
Pada sekon-sekon kehidupan tak hanya ada
Satu warna
Sketsa itu terkungkung dalam figura berbingkai
Emas permata
Semua itu rindu
Mengeja abjad-abjad hidup pada alfabet
Memburu bayang yang timbul tenggelam
Menderu nafas pada ruang tak berdimensi
Semua itu karena rindu
Rindu yang membiru indah
Langganan:
Postingan (Atom)