Sabtu, 23 Januari 2010

Nilai Minus Disiplin Siswa Di Hari Pertama Sekolah

Apel yang berlangsung tertib dan nyaman ini harus terganggu dengan insiden tak biasa dan sedikit banyak membuat beberapa pengurus OSIS dan masyarakat MA1API mengerutkan kening. Lebih dari lima puluh siswa terlambat mengikuti apel mingguan, angka korban hari pertama sekolah yang tragis. Setelah barisan apel bubar, siswa yang terlambat langsung mendapat konsekwensi dari Wakamad. Bid. Kurikulum, M. Afif Riyadi, menunggu Wakamad. Bid. Kesiswaan dalam keadaan berdiri dan menghadap kearah matahari yang lagi panas-panasnya. Alhasil, pemandangan jejeran seragam batik menghiasi halaman pagi yang cerah. “Mayoritas dari mereka mengaku terlambat karena antre mandi dan tidak tahu kalo’ ada apel, mbak” ujar Maghfirah koordinator pengurus OSIS bidang keamanan dan ketertiban. Khalifatus Sa’adah juga mengiyakan hal tersebut “sebenarnya saya gak tahu mbak kalo’ sekarang lagi apel” akunya.. “ini baru pertama kalinya aku terlambat apel, kemarin-kemarinnya gak. Ya udah kapok sekali ini saja” terang Fitri Nur Indah Pratiwi, anak kelas XII IPS 2 dengan sewot. “Jadi ya.. ini resikonya terlambat” komentar salah satu murid yang juga terlambat, anak kelas XI Keagamaan pada reporter. Beberapa siswa lainnya juga menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui adanya apel dan tidak adanya pemberitahuan dari pihak OSIS. Waduh, gimana nih rekor terlambat terbanyak ada di awal tapel!(reporter).

Spesifikasi MAPEL, Tentu Lebih Baik

Sabtu, (23/01) setelah dua hari pasca ulangan semester, siswa MA harus kembali beraktifitas sebagaimana mestinya. Apel pagipun langsung menjadi agenda pertama. Apel minggu siswa MA dipimpin langsung oleh Kepala Madrasah, hal yang sangat langka terjadi. Dalam sambutannya beliau menyampaikan beberapa terobosan penting dalam mensukseskan model pembelajaran yang lebih spesifik dan bernilai plus “cobalah anak-anakku ini mengambil satu saja materi yang paling disenangi dan ingin disenangi. Dalami itu saja dulu pasti nanti setelah lulus kalian akan mendapatkan hasilnya”. Beliau juga menganjurkan untuk membuat kelompok belajar (study club) dengan memilih materi tertentu langsung dikoordinir oleh ketua kelompok yang berminat di materi tersebut. Atau kalau kalian butuh pembimbing, kami akan bantu merekomendasikannya dengan pihak terkait dan akan dirembukkan dengan para pimpinan Madrasah, lanjut beliau.
Mayoritas siswa nampaknya sangat setuju dengan system pendidikan seperti itu. Terlihat dari komentar siswa-yang tidak mau disebutkan namanya-“betul itu materi jurusan IPS terlalu banyak jadinya ngambang kayaknya gak semua materi akan dikuasai oleh satu murid!”. “mapel IPS yang melebihi standar terlalu menekan prose pembelajaran siswa jadinya ya gitu, hasilnya gak jelas” komentar Indah Nur Lailiyah, XII IPS 2. (reporter inspirasi)