I’am Sorry, Mom!
Oleh: watiex @ yellow*
Masa lalu itu, membuatku terusir dari kehidupan mama, masa lalu yang merenggut nyawa kakakku, meninggalkan kenangan indah yang sekian tahun telah terajut di hati mama, membuat posisi kakak tak tergeser nol derajat pun dari hati mama. Senyum mama yang selalu merekah mendengar celoteh-celoteh kakak, mengisi hari-hariku. Setiap pagi ku melihat wajah mama berseri saat manyiram tanaman di halaman rumah. Setelah itu kakak datang langsung manghampiri mama dan langsung mencium kedua pipinya. Pada saat itulah mama tertawa. Yach semuanya berlangsung dalam kehidupanku dengan begitu cepat kini mama tak lagi rela menganggapku anak, mama marah padaku atas kematian kakak yang menurut mama adalah salahku.
Hari ini kucoba menata hatiku kembali, aku kan berusaha membujuk mama kembali untuk memaafkanku. Aku memasuki halaman rumah yang memang lumayan luas. Ku edarkan pandangan ke sekeliling rumah, yang telah lama aku tinggalkan. Mataku tertumbuk pda seseorang yang duduk bersandar di kursi menatap sebuah foto yang tak lain adalah foto kakak. Di sampingnya, bunga anggrek putih tumbuh. Tempat inilah yang menjadi kenangan indah bersama kakak. Ku hampiri mama dengan keberanian penuh. Tatapan matanya kosong, tubuhnya semakin kurus dan lingkaran hitam di matanya terlihat sangat jelas.
“ Ma…,”panggilku dengan suara yang terdengar kaku. Mama menoleh sekilas lalu memalingkan muka, aku terhenyak melihat ekspersinya.
“ Ma…Vallen minta maaf,” suaraku terdengar sedikit berharap. Aku bersimpuh di depan mama.
“Aku tak butuh maafmu, Pergi!” bentak mama.
“ Ma, kematian kakak bukan salahku, ini adalah garis hidup,” bantahku.
“ Tahu apa kau tentang garis hidup? Andai kau tak menyuruh Ravel waktu itu, tentu semua ini takkan pernah terjadi.”
“ Tapi ma…”
Plak!
Sebuah tamparan yang selalu ku hindari dari orang yang sangat berarti. Entah berubah warna apa pipiku, yang ku rasa hanya panas, perih di hati. Mama ynag senyumnya sangat berarti bagiku tak lagi mengharap kehadiranku.
“ Pergi!” teriak mama menodongku.
“ Baik ma, Vallen pergi. Sampaikan salam rinduku pada Nini,” ucapku akhirnya meninggalkan mama yang menatapku tajam. Ku lihat Nini adikku berlari kearahku namun di cegah oleh mama.
“ Kak, kak Vallen, Nini kangen, tunggu Nini kak!” teriaknya. Aku melangkah untuk menghampirinya, namun segera kuurungkan niat.dan ku percepat langkah meninggalkan rumah tiba-tiba seseorang menubrukku dari belakang, memeluk erat tubuhku, segera ku sadari seseorang itu adalah Nini dan ku berbalik melepasakan pelukannya.
“ Kak jangan tinggalin Nini, Nini ingin ikut kakak,” ucapnya dalm isak tangis.
“Jangan! Nini harus sama mama ya…”tangis Nini semakin keras dia menggeleng dan menggenggam kedua tanganku erat.
“ Nini masuk!” teriak mama dari kejauhan. Kurengkuh wajah Nini lalu menciun keningnya.
“ Nini, kamu sayang ma kakak kan?” tanyaku, Nini mengangguk. “ kalau Nini sayang kakak, sekarang Nini masuk ya…”ucapku menahan bendungan air mata yang mulai berdesak keluar.
“ Nggak mau, Nini mau sama kakak!” ucapnnya sembari menggenggam tanganku semakin erat.
“ Kakak sayang Nini, kakak nggak pergi jauh kok! Kakak tetap dekat di hati Nini,” ucapku akhirnya melepas genggaman tangan Nini, meningggalkannya. Kuharap ini bukan pertemuanku yang terakhir dengan mama dan Nini ,kulihat mama menggandeng Nini yang meronta, tangisnya semakin menjadi membuat hati ini semakin perih, bendungan air mata yang sedari tadi ku tahan kini jebol. Biarlah orang bilang aku cengeng. Aku takkan mempedulikan lagi apa kata mereka.
Yang ku inginkan sekarang hanyalah mama, kasih sayang mama, semua kebahagiaanku kembali, aku hanya ingin semuanya kembali lagi seperti dulu, meski tak ada lagi sosok kakak dalam hidupku.
Terus saja ku melangkah tanpa ku tahu kemana arah dan tujuanku. Dan tanpa kusadaripun tibi-tiba saja suara jeritan dan berbagai macam teriakan memekakkan telingaku. Setelah itu entah apa lagi yang terjadi aku tak bisa mengingatnya. Kini yang kurasakan hanya kebahagiaan. Tubuhku seakan melayang. Terbang jauh…entah kemana.
@@@
Nini dan mamanya spontan menoleh mendengar suara hantaman yang sangat keras, mereka berdua segera menghampiri kerumunan orang-orang. Serta merta tubuh mereka lemas seakan tak bertulang melihat sosok seorang laki-laki terbujur kaku dengan darah di sekelilingnya. Vallen. Yach…dia telah pergi meninggalkan penyesalan yang sangat dihati mamanya, meninggalkan kenangan indah di hati Nini. Yach tanpa sepengetahuan Vallen wanita yang sangat di cintainya terpekur di samping jasadnya menangisi dirinya, menangisi keeogisannya sebagai seorang ibu.
Maafkan atas salah yang telah ku perbuat mama…
Maafkan atas hadirku yang telah membuatmu menderita
Maafkanlah…
Satu pintaku ma…
Jangan kau hapus semua tentangku
Jangan kau lupakan aku di setiap serpihan doamu
Dan satu hal yang ku ingin katakan
Bahwa…
Aku mencintaimy lebih dari apapun di dunia ini
Aku mencintaimu dengan segala rasa yang bergejolak
Aku mencintaimu
Sekarang dan untuk selamanya
Guluk-guluk, 15 Maret 2010
*penulis adalah seorang yang selalu merindukan kehadiran mama
dan merupakan salah satu anggota club Sakura
Tidak ada komentar:
Posting Komentar