Senin, 23 Maret 2009

SEMANGAT & KEKOMPAKAN MENGUBAH SEGALANYA

Proyek Tanaman Obat sudah sampai pada tahap persiapan lahan pada hari Rabu,18 Maret 2009.Para anggota tim inti dengan dibantu oleh para pekerja aula. dan tim pendukung memindahkan baliho yang ada didepan lab.computer karena tempat tersebut akan dijadikan lahan tempat menanam tanaman obat-obatan.Selain menggunakan lahan yang ada didepan lab. mereka (Tim Te-O:Read) juga menggunakan salah satu pot yang ada disana (depan lab.:read).Tanaman yang ada di pot tersebut dipindah ke pot lain dan diganti dengan bibit tanaman obat.Kemudian pada hari Kamis,19 maret 2009 anggota tim inti meninjau langsung kebun Te-O milik ibu Khatibah A.Win (Manager Herba Madura) di daerah Lubangsa raya putri.Peninjauan tersebut dimaksudkan untuk Hunting data Te-O sebagai tahap awal proses persiapan bibit Tanaman Obat Madura.
Selanjutnya pada hari Senin, 23 Maret 2009 para anggota tim inti dengan di Bantu oleh tim pendukung mencampur pupuk alami yang terbuat dari kotoran sapi & sekam dengan tanah agar tanahnya menjadi subur sebagai persiapan lahan untuk kebun tanaman obat, Para anggota tim dengan semangat & tanpa canggung mencangkul lahan untuk dicampur dengan pupuk alami “ini merupakan latihan bagi kami, siapa tahu nanti di rumah jadi petani” ujar Elieza salah satu tim inti Te-O dengan semangat yang menggebu dan kekompakan ahirnya pekerjaan merekapun selesai ”semangat dan kompak” itulah semboyan dari Tim Te-O

Spirit and compact change everything

Developing self-supporting healthy by making useful of Maduranis medicinal herbs project has been prepared their field at Wednesday .. of March 2009. members of SCC team moved Baleho from front of Laboratory of Computer to front of third of A Class, because they will plant medicinal herbs in front of Laboratory of Computer. And at Thursday, 9th of March 2009 members of SCC team went to garden of medicinal herbs in Lubangsa Putri to observe and hunting medicinal herbs as the first step of process to prepare seed of medicinal herbs.
At Monday, 23rd of March 2009, members of this team and endorsement team blended organic fertilizer that make by impurities dung and chaff. Members of team with spirit and withouth stiff, hoe the field to blend with fertilizer organic.”this is training for us, who knows may be we will be a farmer in our house” said Eliza the one of member TO team. With strong spirit and reinforce this can finish, “spirit and compact” that is slogan of TO team.

Kamis, 19 Maret 2009

Akhir Try-Out di MAPi

Qurratul Aini, XII program Keagamaan

“Try-out itu cuma coba-coba. Toh, itu bukan syarat lulus. Yang penting, UAN lulus!” Komentar Husnul Khatimah, siswa kelas XII program Keagamaan saat ditanyai mengenai try-out putaran kedua yang dilaksanakan selama 3 hari kemarin (17-19/03). Dia juga menegaskan sulitnya soal bahasa Inggris dibandingkan try-out sebelumnya. Dia merasa kesulitan dengan teks-teks panjang yang nyaris sulit memahaminya. Walaupun dia merasa listening section lebih mudah, tapi menurut gadis yang mendapat rangking pertama di kelasnya ini, tidak begitu banyak membantu menjawab soal-soalnya. Pasalnya, soal listening hanya 15 soal, sedangkan 35 yang lain adalah berupa teks. “Dalam soalnya tidak ada yang membahas grammar, selalu saja wacana dan paragraf.”
Lucunya, siswa yang juga sekelas dengannya, tidur saat pelaksanaan try-out, sebut saja Fifin (nama samaran). Dia tampaknya sangat bosan melihat model soal-soalnya yang tidak variatif. Dia langsung melingkari lembar jawaban kerja (LJK) nya dan tampak tidak “berselera” membaca soal-soalnya. Gadis asal Lengkong ini, terjaga dari tidurnya karena salah satu petugas try-out membangunkannya untuk mengisi daftar hadir. Dengan mata setengah melle, dia bertandatangan dan kemudian melanjutkan tidurnya.
Saat ditanyai persiapan menghadapi try-out, Dayen sapaan akrab sekretaris redaksi Majalah Inspirasi menjelaskan bahwa dirinya lebih bersemangat belajar saat try-out pertama yang diadakan sejak 17-20 Pebruari lalu. “Saya biasa-biasa saja dengan try-out sekarang. Nggak tahu juga kenapa,” imbuhnya di akhir pembicaraan. Hal senada juga disampaikan oleh Wilda, siswa kelas XII IPS-2, “Try-out hanya salah satu upaya untuk membantu soal-soal UAN tapi, bukan segala-galanya!”
Beda halnya dengan Buroidah. Dia rupanya menjadi siswa yang rajin belajar saat-saat menghadapi try-out. “Saya merasa lebih giat belajar, tapi tetap saja nilai pas-pasan,” tuturnya sambil disertai tawanya yang cekikikan.

Rabu, 18 Maret 2009

SOROT KESIBUKAN TIM INTI PROYEK Te-O

Oleh: Musyarrofah, XI IPS-1

Keikutsertan Madrasah Aliyah 1 Annuqyah Putri dalam lomba School Climate Challenge yang diselenggarakan oleh British Counsil, benar-benar membuat kesibukan baru bagi anggota tim inti Proyek Te-O (Proyek Pengembangan Kesehatan Swadaya melalui Pemanfaatan Tanaman Obat Madura).
Rabu kemarin(18 Maret 2009), mereka (baca:Tim inti proyek Te-O) dengan dibantu Pembantu Umum Sarana dan Prasarana MA 1 Annuqayah Putri, Bapak Qasim dan tim pendukung yang diambil dari pengurus UKS dan anggota Club Pecinta Alam (CPA) bergotong royong mempersiapkan lahan yang berlokasi di depan laboratorium komputer MA 1 Annuqayah Putri.
Kemudian pada hari kamis (19 Maret 2009), tim inti proyek Te-O yang beranggotakan Eliza Umami, Izzatul Kamilia, Shatitin Nashihah dan Musyarrofah itu melakukan observasi langsung ke kebun tanaman obat milik Ibu Khatibah A. Win yang berada di sebelah barat POSKESTREN PP. Annuqayah daerah Lubangsa Raya. Observasi tersebut bertujuan untuk mencari data dan melihat langsung bibit Tanaman Obat (TO) Madura yang akan mereka tanam.
Dalam mengikuti lomba bertaraf internasional ini, mereka (baca:Tim inti proyek Te-O) juga dituntut untuk berkomunikasi dengan berbahasa Inggris, sehingga dengan modal vocab yang pas-pasan mereka berusaha berbahasa Inggris walaupun masih sebatas sesama anggota tim. Selain itu, di sela-sela kesibukan tersebut, mereka yang juga merupakan pengurus OSIS harus meluangkan waktu untuk menyusun LPJ akhir tahun karena sebentar lagi akan dilaksanakan reformasi Pengurus OSIS masa bakti 2008-2009.

Rabu, 11 Maret 2009

Catatan Perjalanan Study Comparative MAPi ke SMAN 10 Malang

Qurratul Aini, XII program Keagamaan
Rabu malam itu (11/3) sekitar pukul 17.30 WIB perwakilan pengurus OSIS, DPS, delegasi kelas X, tim proyek Lomba School Climate Challenge menuju Perpustakaan MA Putri, tempat yang disepakati berkumpul sebelum berangkat untuk study comparative ke SMAN 10 Malang.
Sebelum berangkat, kami sempat menanyakan pada ketua panitia study comparative ini tentang alasan memilih SMAN 10 Malang sebagai sasaran sekolah yang akan dikunjungi, gadis yang juga menjabat sebagai Divisi II DPS MA ini menjelaskan, "Rencana awal sebenarnya ke Gontor atau MAN 3 Malang. Tapi, karena ada usulan Kepala Madrasah ke SMA 10 Malang, kami menerimanya. Alasan Beliau karena SMA ini lebih menekankan pada kebersihan lingkungannya dan pemberdayaannya. Serta termasuk salah satu sekolah yang bertaraf internasional dalam dampingan Sampoerna Foundation. Kepala Sekolah kita kenal betul dengan Ibu Niken, Kepala SMA 10 ini."
Sambil meletakkan tasnya, rombongan duduk-duduk santai sambil berdiskusi kecil-kecilan, dari mengenai persiapan yang akan dibawa ke SMA yang telah mendapatkan juara I UKS tingkat nasional, program, pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan sampai cindera mata yang tampaknya masih belum siap secara matang disebabkan tidak sesuai pesanan. Pihak Madrasah menginginkan cindera mata itu bercirikhaskan Madura, tapi pesanan itu hanya berbentuk ukiran seperti bentuk ukiran di luar Madura lainnya, sehingga mereka harus memesan lagi sore hari sebelum keberangkatan. Untungnya, pihak pengrajin ukiran di daerah Karduluk dapat memenuhinya. Namun rupanya, tidak hanya cindera mata yang masih belum siap, tapi juga slide program OSIS yang sering kali hilang ketika dibuat. Eliza Umami, penanggung jawab slide ini dengan wajah kecewa menegaskan bahwa dia telah 4 kali membuatnya tapi selalu saja gagal. Bahkan karena slide ini, dia dan 3 teman lainnya hampir ketinggalan bus, sehingga Neng Ofi, sapaan akrab Wakamad Kesiswaan yang bernama lengkap Shofiyah, harus menjemput mereka.
Sekitar 3 jam peserta study comparative ini menunggu bus yang tidak kunjung datang. Mereka tampaknya mulai kelelahan. Akhirnya Farida, siswa kalong yang juga termasuk peserta, menelepon ke pihak kantor bahwa bus telah menunggu di depan MI Annuqayah. Dahi peserta yang tadinya berkerut, reflek merenggang sambil diikuti senyum manis mereka. Tepat pukul setengah 10 mereka berbondong-bondong sambil ditemani 3 pembimbing, Bapak Afif, Neng Ofi dan Ibu Salimah menuju MI Annuqayah. Sedangkan Kepala Sekolah akan langsung menyusul dari Malang ke SMAN 10 karena beliau masih mengikuti materi kuliahnya di UIN Malang untuk program S2.
Ketika sampai di daerah Brumbung, tiba-tiba gerak bus bergerak lambat. Pasalnya ada api di tengah-tengah jalan. Hampir 10 menit, api tetap menyala dan terlihat beberapa masyarakat membawa air untuk memadamkannya dan menimbuni tempat yang berjurang sebab api itu dengan batu. Akhirnya peserta diminta turun. Setelah jalan tampak rata kembali, peserta menaiki bus lagi.
Peserta mulai sibuk dengan aktivitas pribadi; makan malam, nonton nasyid, ngotak-atik ponsel, dan bercerita. Beberapa saat kemudian peserta dikagetkan dengan peserta di baris depan kedua yang mual-mual. Ketua panitia sibuk mencarikan kayu putih, pil antimo, dan plastik. Sebelum plastik itu diberikan, tiba-tiba, bau muntah menyeruak ke seluruh ruang. Muntah itu mengenai baju dan mengotori lantai bus. Wajah anak itu pucat pasi. Kemudian sambil mencari masjid, teman di sampingnya memijat-mijat lehernya. Setelah menemukan masjid, Neng Ofi dan Ibu Salimah membawanya turun. Kemudian, setelah anak itu ganti baju dan keluar dari gerbang masjid, hampir seluruh peserta study comparative yang melihatnya tertawa terbahak-bahak dan tersenyum cengingisan. Pasalnya, baju yang dikenakannya adalah kepunyaan Neng Ofi yang sangat feminim sedangkan anak itu tergolong tomboy. Ketika masuk bus, bukannya ditanyakan keadaannya, justru anak itu diledekin.
Pagi harinya, yakni hari Kamis (12/3), setelah shalat subuh di daerah Pandaan, sekitar pukul 07.00 peserta study comparative kelihatan tampak lesu. Kebanyakan dari mereka mabuk bahkan hampir dari separuh peserta. Mereka selalu memegang perut sambil mencium minyak kayu putih. Kelas XII agak kewalahan memijat-mijat leher mereka sambil menyodorkan roti yang diberikan pihak sekolah dari depan sampai belakang.
"Masak kita nggak mau berhenti, cari warung atau apalah? Perut kita kan masih belum terisi apalagi dalam perjalanan. Pasti yang nggak mabuk bakal ikut-ikutan mabuk," sanggah salah satu siswa kelas XI dari arah belakang. Rupanya, pihak Sekolah tidak ambil diam. Mereka langsung menginstruksikan pada sopir untuk mencari warung makan. Sebelum sampai di warung makan, tampak Kepala Sekolah dengan seragam cokelat mudanya berdiri menunggu di pinggir jalan. Ketika beliau masuk, sebagian peserta menyambutnya dengan suara kompak mereka. Sekitar 15 menit, warung makan prasmanan akhirnya ditemukan. Dengan antre, mereka mengambil nasi dan lauk sesuai keinginan mereka. Selesai makan, mereka kembali menaiki bus dengan semangat 45. Tenaga mereka kembali pulih.
Pada pukul 08.30 WIB, mereka memasuki sekolah yang tiap minggunya tidak pernah absen dari tamu untuk study comparative. Hampir seluruh halamannya ditanami tumbuh-tumbuhan yang hijau dan di pintu masuk, ada sekitar + 100 piala tertata rapi di dalam lemari berkaca. Kami disambut pihak sekolah dan siswa-siswa khusus untuk menyambut kedatangan kami. Kami dibawa ke aula di lantai 2. Di sana, banyak dipenuhi lambang UKS; dinding, taplak meja dan benderanya.
Saat memberikan sambutan, Kepala sekolah yang memakai kerudung ini sangat apresiatif dan komunikatif. Tidak jarang beliau mengulumkan senyum hangatnya untuk kami. "Sekolah ini baru didirikan 20 Oktober 1999. Kebetulan ada salah satu wali murid yang menjadi donatur yang awalnya hanya ingin merenovasi mushalla tapi ternyata beliau ketagihan untuk memberikan dana untuk pembangunan sekolah ini."
Acara kemudian dilanjutkan touring ke seluruh tempat di SMAN ini. Kami dibawa ke semua tempat; kantin yang menjual makanan-makanan anti plastik, perpustakaan, ruang UKS, tempat pembuatan kompos, tempat penyimpanan jamur, kebun, mushalla, tempat beribadah siswa Kristen, ruang OSIS, laboratorium bahasa, laboratorium IPA, dan lain-lain. "Lingkungan ini cukup terawat karena di sini ada progja (program kerja) yang mengurusi semua itu dan setiap progja ada pembimbing yang sudah profesional yang dijadikan dewan konsultan," tutur ketua UKS yang beragama Kristen ini saat kami duduk-duduk santai di bawah pohon di depan kantor OSIS.
40 menit acara touring selesai dan kami memasuki aula. Sebelum acara sharing, seluruh peserta menuju meja makan untuk mengambil makan siang. Kemudian, acara sharing dimulai. Ketua OSIS-MPK Malang dan OSIS-DPS MAPi dipersilakan ke meja depan. Ketika mereka telah mempresantasikan sebagian program, peserta diperkenankan bertanya. Peserta cukup banyak yang mengacungkan tangan. Mereka bertanya mengenai hubungan MPK-OSIS, program pramuka, PMR yang tidak ada di bawah koordinasi UKS. Dengan tegas sembari tersenyum, Chan sapaan ketua MPK memberikan tanggapan, "Secara struktural, MPK memang lebih tinggi dari OSIS tapi secarafungsional kami tidak ada bedanya. Jadi, kami harus kerja bareng." Sedangkan mengenai kepramukaan, Agni, ketua pramuka menjawabnya, "Sebenarnya ada banyak program; kemah, penjelajahan, panjat tebing dan lain-lain." "UKS sangat beda dengan PMR. UKS itu bukan untuk menyembuhkan orang sakit, tapi sebagai wahana konsultasi kesehatan. Jadi, kami harus banyak mempunyai relasi teruma dengan pihak dokter, puskesmas, dan masyarakat," papar ketua UKS, siswa kelas XI. Walaupun masih banyak yang ingin ditanyakan, karena keterbatasan waktu, akhirnya MC harus mengkhiri acara itu dengan pembacaan hamdalah.
Kemudian dilanjutkan dengan pemberian kenang-kenangan dari MAPi ke SMAN 10 Malang. Bapak Naqib menyerahkannya kepada Ibu Niken. Sebagian murid Ibu Niken dengan antusias memintanya untuk membukanya. Seketika, wajah Ibu Niken tampak berseri-seri melihat ukiran khas Madura yang bergambarkan kuda itu sambil tidak henti-hentinya mengucapkan terima kasih. Pemberian kenang-kenangan kedua dari OSIS MAPi ke OSIS sekolah yang akan mengikuti lomba UKS tingkat nasional besok harinya. Ketika Ketua OSIS, Ajib, siswa kelas XI IPS membukanya sambil berkata, "Album yang terbuat dari bahan bekas ini akan kami jadikan contoh dalam program reduce. Terimakasih sudah memberikan inspirasi pada kami," tegasnya sambil mengangkat pemberian kami untuk memperlihatkannnya ke seluruh audience. Dilanjutkan acara foto bareng. Untuk yang pertama bersama Ibu Niken di depan lambang UKS di aula itu. Sedangkan yang kedua, bersama pengurus OSIS di samping pintu masuk sekolah.
Setelah selesai, mereka mengantarkan kami sampai ke tempat parkir bus. Sambil melambai-lambaikan tangan, bus kami mulai meninggalkan sekolah SMAN yang beralamat di Danau Grati No. 01. Setelah acara study comparative, kami mengunjungi Sengkaling dan pusat pembelanjaan di MATOS. Dan kami tiba di Annuqayah Jum’at dini hari (13/03) pukul 03.15 WIB.

Kamis, 05 Maret 2009

MGMP, Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan MAPi

OLeh: Qurratul Aini, XII program Keagamaan

Sebagai lembaga pendidikan yang ingin meningkatkan mutu pendidikan, banyak rencana dan upaya yang telah dilakukan MAPi. Sejak tahun 2007 kemarin, MAPi telah berusaha melakukan pembenahan-pembenahan. Di antaranya, meningkatkan kualitas guru, integralistik kegiatan siswa dalam wadah OSIS, membenahi struktur organisasi sekolah, memenuhi fasilitas yang kurang memadai seperti lab komputer, LCD proyektor, scanner, melengkapi buku-buku perpustakaan terutama yang dapat menunjang materi pelajaran dan lain-lain. Dari sekian program yang telah diusahakan, rupanya MAPi ingin terlebih dahulu menfokuskan pada peningkatan kualitas guru. Menurut Bapak Afif Ready, S.Th.I menuturkan bahwa masih ada sebagian guru yang menggunakan metode klasik (baca:ceramah) yang notabene menjadikan suasana kelas kurang efektif, monoton dan membosankan. Hal itulah, yang menginspirasikan pihak madrasah melakukan berbagai strategi pembelajaran yang kondusif, variatif dan menyenangkan, dengan adanya program Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) bulan Pebruari lalu. Program ini diharapkan bisa menjadikan guru masing-masing materi pelajaran yang sama (baca: X, XI dan XII) saling berdiskusi untuk mengembangkan materi yang akan diajarkan sehingga dapat menghasilkan strategi pembelajaran yang terpadu. MGMP ini juga memiliki indikator untuk membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pelajaran), silabus, promes (program semester) dan prota (program tahunan) hingga dituntut untuk mencetak Lembar Kerja Siswa (LKS). Dari rencana yang telah diprogramkan tadi, guru lebih mandiri untuk mengembangkan materi yang akan diajarkan sesuai dengan standar Kurikulum Sekolah.

Minggu, 01 Maret 2009

Ultah Sang Motivator

Lia Emleda, XII program Keagamaan
Kemarin sore (01/03), siswa kelas XII kelas akhir PK merayakan ultah Kepala MAPI di kediaman Beliau. Perayaan yang terselenggara dengan sederhana tersebut telah mampu melukis senyum terindah di wajah bersahaja sang motivator, Bapak Naqib Hasan, S.Sos. Meskipun perayaan itu terlambat 1 hari dari kelahiran Beliau, namun mampu memberi kejutan di usia Beliau yang ke-45. "Semoga kalian dapat membayar hutang kue ini," tutur Beliau yang disambut tawa siswa PK. "Semoga kalian lulus dengan baik, menjadi anak-anak yang shalihah selalu dibverkahi Allah," tambahnya sebelum acara tiup lilin dimulai. Acara tersebut berlangsung khidmat. Berbagai kesanpun terangkai untuk Beliau, dari kepribadian beliau yang tak jarang membuat siswa sungkan saat berhadapan.
Setelah acara tiup lilin, dilanjutkan dengan pemberian kado yang di dalamnya berisikan sebuah puisi khusus senagai persembahan dari siswa kelas XII PK. "Wah, saya dikerjain nich," tutur Beliau ketika semua siswa meminta untuk membacakan puisi.
"Seandainya MAPi adalah sekolah Muhammadiyah yang Andrea tulis dalam novelnya, maka Bapak adalah Bapak Harfannnya dan Ibu Fadilah adalah Ibu Muslimah," begitu apresiasi salah satu siswa XII PK. Namun sayang, pada sore itu Ibu Fadilah tidak bisa hadir karena sedang menjadi juri lomba karya tulis ilmiah di STIKA.

XII PK Dapat Bernapas Lega

Qurratul Aini, XII program Keagamaan
Akhirnya, siswa kelas XII PK bisa merampungkan karya tulis ilmiah yang berupa paper di awal bulan Maret. Jam istirahat kemarin (01/03) mereka harus rela berdesak-desakan antre di kantor PK agar paper mereka segera disahkan dengan pihak madrasah yang hanya tinggal distempel. Paper itu sudah ditanda-tangani oleh masing-maisng pembimbing, Wakamad. Bag. Keagamaan dan Kepala MAPi. "Paper ini sudah diinstruksikan jauh-jauh hari sebelumnya agar lebih siap dan tidak molor menyetorkannya seperti tahun-tahun sebelumnya," tutur Bapak Husnan selaku Wakamad. Bag. Keagamaan.
Paper kali ini berbeda denga tahun sebelumnya. Pasalnya tahun ini, paper adalah syarat untuk mengikuti UAN, bukan syarat kelulusan seperti tahun-tahun kemarin. Hal ini yang menjadikan siswa PK lebih rajin dan fokus untuk menyelesaikannya sesuai dengan deadline yang ditentukan. "Saya sudah terbiasa tidur di atas jam 12 malam. Kalau nggak gitu, saya takut tidak ikut UAN," kata Nur Imamah di sela-sela kesibukannya pada paper bahasa Arabnya.
Ketika kami meminta Aan, gadis kelahiran Pamekasan untuk bercerita tentang perjalanan papernya yang hanya dikerjakan selam 5 hari, dengan wajah yang cukup berbinar, dia menceritakan. Sebenarnya, dia telah menyetorkan judul 5 bulan sebelumnya. Namun, sudah 2 judul ditolak. Pasalnya, judulnya tidak menarik dikaji dan sudah umum ditulis. Pembimbing memintanya untuk benar-benar maksimal dalam pembahasan dan penyajian data sekalipun tanpa harus diterjemah ke dalam bahasa Inggris. Hal itu, cukup men"down"kannnya selama beberapa mingu. Namun, baru sejak tanggal 21 Pebruari lalu, dia bangkit kembali. Dia tetap mengerjakan papernya sekalipun dalam keadaan sakit hingga absen 3 hari di kelasnya.
Beda halnya dengan Thayyibah yang mendapatkan dispensasi perpanjangan waktu selama 1 minggu. Dispensasi itu harus perlu perjuangan yang tidak mudah. Dia harus mondar-mandir dari rumah Bapak Husnan dan K.Wadud, pembimbingnya. Menurutnya, dia telah cukup gigih memperjuangkannya. Dia bukannya tidak merampungkan papernya, namun masih belum ditashih oleh pembimbing. "Waktu yang diberikan pembimbing sangat terbatas karena harus mengoreksi milik 3 teman saya. Beliau juga sibuk," tandasnya. Sebenarnya, tidak hanya Thayyibah yang mendapatkan dispensasi, ada 4 siswa lain yang kasusnya hampir sama. Salah satu dari mereka, sebut saja Suaidah telah revisi beberapa kali. Dia juga sudah ganti 2 judul. Namun, karena banyaknya kesalahan dan kesulitan mengubahnya, akhirnya, dia harus ganti judul, bahasa dan juga pembimbing. "Cukup menguras pikiran dan tenaga".
"Paper adalah langkah awal menulis skripsi. Kadang menyebalkan, kadang menantang," papar Salamaniatun yang menjabat sebagai Redaksi Pelaksana dalam majalah Inspirasi.

MA 1 A PI SIAP BERSAING

School climate Challenge merupakan lomba lingkungan yang diselenggarakan oleh British Council yang bekerja sama dengan yayasan ashoka , pandu pertiwi, dan Nasional Geographic Indonesia. Lomba yang akan berlangsung selama 6 bulan ini (Pebruari -juni) merupakan lomba bertaraf nasional yang dikhususkan untuk sekolah-sekolah menengah atas (SMA/MA) sederajat yang ada di Indonesia yang bertujuan untuk mendorong siswa-siswa dan guru menggagas proyek yang inovativ, kreatif, berkesinambungan dan terutama berkontriubusi terhadap solusi perubahan iklim dan memiliki manfaat ekonomi baik bagi sekolah maupun komunitas.
Madrasah Aliyah 1 Annuqayah Putri merupakan 1 dari sekolah yang ada di Madura yang mengikuti lomba proyek tersebut. Dengan mengutus 3 tim yaitu:
Tim pembudayaan Hemat kertas & pemanfaatan sampah kertas yang beranggotakan lailatul mukarramah, Athiroh Annufus,Rizka finur laila oktafiana dan Trimahta yudha
Tim composting yang beranggotakan Ulfatun Hasanah, Khalifah, Dewi Nur Hayati, dan Dewi Romlah Oktaviana
Tim Tanaman Obat yang beranggotakan Musyarrofah, Eliza Umami, Shatitin Nashihah dan Izzatul Kamelia. Proyek Tanaman Obat ini bernama
“ pengembangan kesehatan swadaya melalui pemanfaatan Tanaman Obat Madura”
Tim ini dibantu oleh tim pengarah yang terdiri dari Ny.Khatibah (Manager Herba Madura),K.Muzammil El-Muttaqin (BPM-Pondok Pesantren Annuqayah),K.Naqib Hasan S.sos (Kepala Madrasah) dan Ny.Shafiyah A.Win (Waka. Kesiswaan), serta tim pendukung yang diambil dari Club Pecinta Alam, Club jurnalistik, dan pengurus UKS
Sebenarnya tujuan utama kami dalam proyek ini adalah:
Mengembalikan kepercayaan masyarakat khususnya warga MA 1 Annuqayah Putri terhadap Herba Madura
“Teman-teman MA 1 Annuqayah Putri bisa menjaga dan mengatasi kesehatan dengan Tanaman Obat Madura “Ungkap Musyarrafah (Eva:Read) salah satu anggota tim inti Tanaman Obat.Dia (Eva:Read) mengungkapkan warga PP.Annuqayah khususnya siswa MA 1 Annuqayah Putri cenderung lebih suka mengkonsumsi dan lebih percaya terhadap hasiat obat-obtan kimia dari pada obat-obatan alami.Selain karena obat kimia lebih praktis ,reaksi obat-obatan kimia juga lebih cepat bagi tubuh.
Kepala Madarasah Aliyah 1 Annuqayah Putri tidgkungan dengan mengembangkan kesehatan swadaya melalui pemanfaatan Tanaman Obat, dan ak memprioritaskan proyek tersebut sebagai lomba yanh hanya akan berlangsung selama 6 bulan akan tetapi tujuan utamanya adalah agar siswa MA 1 Annuqayah Putri peduli terhadap linbeliau mengaharapkan proyek ini bisa ditindak lanjuti dengan usha-usaha yang efektif,misalnya pembuatan posko konsultasi kesehatan swadaya yang bekerja sama dengan Herba Madura.

MA 1 A PI SIAP BERSAING (English)

School Climate Challenge is environment competition that convene by British Council that cooperate with Ashoka fundation, Pandu Pertiwi, and National Geographic Indonesia. Competition that will occur for six months (pebruary-july) is a competition special for Senior High School in Indonesia that purposeful to motivate students and teachers to think out the innovative, creative, and continuo project.Especially contribute to make climate change solution and give economic benefit for school communities. Annuqayah Senior high School 1 “Ladies” (Madrasah aliyah 1 Annuqayah putri) is one of the follower school from Madura in this competition and delegated three teams there are:
Cultivation of thrifty papers & making useful of rubbish papers
(Pembudidayaan hemat kertas dan pemanfaatan sampah kertas) the member of this team are Lailatul Mukarramah, Atirah Annufus, Rizka finur laila oktafiana and Trimahta Yudha
Developing self-supporting healthy by making useful of Maduranis medicinal herbs (pengembangan kesehatan swadaya melalui pemanfaatan tanaman obat Madura) the member of this team are Musyarrafah, Eliza Umami, Shatitin Nashihah and Izzatul Kamilia
Cultivation Organic Fertilizer And It’s Utilizing In School Environment
(Budidaya pupuk organik dan pemanfaatannya disekitar sekolah) the member of this team are Ulfatun Hasanah, Dewi Nurhayati, Khalifah and Dewi Romlah Oktafia
This team helped by director team there are Khatibah A Win (Manager of Herba Madura) Muzammil el-Muttaqien (BPM-PPA) Naqib Hasan S.Sos (headmaster of MA 1 A pi) Shafiyah A.Win (Wakamad Bag Kesiswaan) and endorsement team from Club Pecinta Alam , Club Jurnalistik, and UKS committee.
Actually destination of TO project is:
1. To return society belief specially school communities in MA 1 A pi to traditional herb
2. Students of MA 1 A pi can save and exceed their healthy with traditional herbs Musyarrafah said that school communities in MA 1 A pi specially the students always use and believe more in chemistry medicinal quality than medicinal herbs. Because medicinal chemistry convenient and reaction of medicinal chemistry is fast to our body.

Headmaster of MA 1 A Pi not earmark that’s project as competition but the destination is students of MA 1 A pi care to their environment with open up expense healthy get by utilize medicinal herbs and he wants this project can take the next step on with effective effort, for example is make place for consultation expense healthy and cooperate with Herba Madura.

MA I A PI GO IN THE DIRECTION

To overcome Global Warming that threaten welfare this earth, British Countil in Jakarta take care of prestigious championship “School Climate Challenge” next June 2009.
This program is involve all of school of Indonesia especially for senior high school, include our school MA 1 Annuqayah Putri, that represent of Madura. In this prestigious championship, all of participant from MA 1 Annuqayah putri, devided to 3 team, they are Medicinal Herb’s team, Compsting’s team and our team are Recycle Papers’s team, that consist 4 people as main team.
In Recycle Papers’s team, we recycle the used paper to be new paper that be able to use it again.
“Theresn’t a spescial devide duty. In this team, we work all together” said Athirah An-Nufus one of main team from Recycle Papers’s team, while we asked about devide duty in this team.
For the sake of saved our earth a specially to make our school progress, we always making every effort to achieve a good product. But it’s can’t be denide we always find any difficulty. “It’s very difficult to seek and find the meduim to recycle the paper, how to product high quality paper especially we haven’t find a guide teacher yet that suitable. Whereas another team was find it”. She said. Nevertheless, all of it can’t to abridge our spirit to persisted for the sake of success this project.
Everything is visible at the instigation of participant while we implementing all of activity among to practice to recycle the paper everyday.
This project will persist for 6 mounth. It’s since Pebruary till next July by any activity. They are training, compaign for another school among SMA 3 Annuqayah, MTs 1 Putri Annuqayah and SMP Islam Baiturrahmah West Gadu, Ganding, introduce exchibition, public outcleach, it’s introduction to public about aor project’s purpose, visit to Kaliandra in Pasuruan to be acquainted with our earth and the latest is selling our product.
“We hope dwindle amount af rubbish paper, thrifty of paper in surroundings of school much, can make students more and more have an interest to creativity and make public and students shoved to use the used paper.“ Said Lailatul Mukarramah one of main team of Recycle Papers’s team, while we asked what their hope about this project.