The day is morning when was Te-O team go to the garden of madicinal herb in S.W. POSKESTREN. They want to take medicinal herb plant to chang palnts was died.
They wind medicinal herb plants neatly. Because they are afraid after planted the medicinal herb’s plants will die again. So, they has really sharp eyes to see that plants before yanking out it.
“We must take plants that good and fresh, so that not die again”. Said Mam to her friends. And her friends to squat and look that plants. After get the plant that right, they take out with carefully so that root’s of plant not snapped out.
“If the roots snapped out all, the punnishmant is make tradicional medicine” said Eli with her smile.
After take seed of medicinal herbs they go back to MA 1 A pi to plant that seeds in Poli bag, and to plow in front of laboratory of computer so that protect from sunshine.
“We put here the first so that not wilted if get sunray. And if the seeds are growing luxuriantly, we move to rack”, said Lely while put into poly bag. (l-ya/pie’/fani)
Minggu, 10 Mei 2009
Te-O tim perbaiki tanaman
Hari masih pagi. Embun masih menghiasi dedaunan. Saat sebagian anggota tim Te-O berjalan menuju kebun di sebelah barat POSKESTREN. Mereka berempat hendak mengambil bibit Tanaman Obat untuk di tanam di Poly bag sebagai ganti tanaman yang mati.
Mereka memilih bibit Tanaman Obat dengan cermat. Karena takut setelah di tanam tanaman tersebut akam mati lagi. Maka dari itu mereka sangat jeli mengamati tanaman-tanaman tersebut sebelum memutuskan untuk mencabutnya .
“ Kita harus pilih tanaman yang bagus dan sehat, biar nanti gak mati lagi ” ucap Mam pada yang lain. Yang lain langsung berjongkok mengamati tanaman-tanaman tersebut. Setelah mendapatkan tanaman yang cocok , mereka mencabutnya dengan sangat hati-hati agar akarnya tidak putus.
“ Awas kalo akarnya gak kecabut semua, hukumannya harus di buat jamu sama yang nyabut” canda Eli sambil cekikikan.
Setelah selesai mengambil bibit Tanaman Obat mereka kembali ke MA 1 Pi Annuqayah untuk dan menanam bibit-bibit tersebut di Poli bag, lalu menjejernya di depan lab. Komputer yang terlindung dari sinar matahari.
“Kita letakkan di sini saja dulu agar tidak layu kalo terkena sinar matahari. Nanti kalau sudah tumbuh subur, baru kita pindah ke rak”, kata Lely sambil meletakkan Poli bag. (l-ya/pie’/fani)
Mereka memilih bibit Tanaman Obat dengan cermat. Karena takut setelah di tanam tanaman tersebut akam mati lagi. Maka dari itu mereka sangat jeli mengamati tanaman-tanaman tersebut sebelum memutuskan untuk mencabutnya .
“ Kita harus pilih tanaman yang bagus dan sehat, biar nanti gak mati lagi ” ucap Mam pada yang lain. Yang lain langsung berjongkok mengamati tanaman-tanaman tersebut. Setelah mendapatkan tanaman yang cocok , mereka mencabutnya dengan sangat hati-hati agar akarnya tidak putus.
“ Awas kalo akarnya gak kecabut semua, hukumannya harus di buat jamu sama yang nyabut” canda Eli sambil cekikikan.
Setelah selesai mengambil bibit Tanaman Obat mereka kembali ke MA 1 Pi Annuqayah untuk dan menanam bibit-bibit tersebut di Poli bag, lalu menjejernya di depan lab. Komputer yang terlindung dari sinar matahari.
“Kita letakkan di sini saja dulu agar tidak layu kalo terkena sinar matahari. Nanti kalau sudah tumbuh subur, baru kita pindah ke rak”, kata Lely sambil meletakkan Poli bag. (l-ya/pie’/fani)
Fresh Again
The proud plants of medicinal herbs that by developing self-sopporting healthy by making useful of maduranist medicinal herbs it turned out can’t prouded. Because, after moved to poly bag some of plants was wilted even almost be died. Some of that is lidah buaya, Tapak liman, and Pegagan. Close to two weeks that plants is being treated. However theresn’t a momento absolutely.
“Maybe it was many manures, so dry like that,make us dizzy!” said Badriyatul Lailiyah is caretaker of garden when she was pouring the plant medicinal herb.
Thursday morning, 30th of April 2009 when piket official puored plant of medicinal herb, turned some of plants medicinal herb seen fresh.
”Alhamadulillah, our plants was growing rapidly”. Said Mamduhah with smiling when she was said to the other friends in Te-O team.
.
“Maybe it was many manures, so dry like that,make us dizzy!” said Badriyatul Lailiyah is caretaker of garden when she was pouring the plant medicinal herb.
Thursday morning, 30th of April 2009 when piket official puored plant of medicinal herb, turned some of plants medicinal herb seen fresh.
”Alhamadulillah, our plants was growing rapidly”. Said Mamduhah with smiling when she was said to the other friends in Te-O team.
.
Fresh Again
Tanaman obat yang paling di banggakan oleh tim pengembangan kesehatan swadaya melalui pemanfaatan tanaman obat madura ternyata tidak bisa di banggakan. Karna setelah dipindah ke poly bag beberapa tanaman tersebut layu dan bahkan nyaris mati. Beberapa tanaman yang nyaris mati tersebut di antaranya adalah Lidah buaya, Tapak liman, dan pegagan. Hampir setengah bulan tanaman itu di rawat. Namun tak sikitpun menunjukkan tanda-tanda kehidupan..
”Mungkin ini terlalu banyak pupuknya ya, hingga bisa kering kayak gini, bikin setres deh!” ungkap Badriyatul lailiyah selaku tim perawat kebun saat dia menyiram tanaman obat.
Kamis pagi,30 April 2009 ketika petugas piket menyiram tanaman obat, ternyata beberapa di antaranya sudah terlihat segar.
”Alhamdulillah tanaman kita sudah mulai tumbuh subur” ungkap Mamduhah dengan senyum yang merekah saat memberitahu teman-teman satu tim yang lain.
”Mungkin ini terlalu banyak pupuknya ya, hingga bisa kering kayak gini, bikin setres deh!” ungkap Badriyatul lailiyah selaku tim perawat kebun saat dia menyiram tanaman obat.
Kamis pagi,30 April 2009 ketika petugas piket menyiram tanaman obat, ternyata beberapa di antaranya sudah terlihat segar.
”Alhamdulillah tanaman kita sudah mulai tumbuh subur” ungkap Mamduhah dengan senyum yang merekah saat memberitahu teman-teman satu tim yang lain.
Langganan:
Postingan (Atom)