Senin, 23 November 2009

Peringati Hari Pahlawan dengan Membaca Yasin

Tanggal 23 November 2009 kemaren, puluhan siswi MA 1 Annuqayah Putri berbondong-bondong menuju Makam Pahawan yang berada di sebelah selatan Gedung STIKA Putri. Ada yang berbeda dengan peringatan Hari Pahlawan kali ini, tidak seperti biasanya, Hari Pahlawan Tahun ini diperingati dengan berziarah ke Makam Pahlawan.
Mereka membacakan surat Yasin untuk semua kusuma bangsa yang telah gugur. Dengan posisi melingkari makam Kyai Abdullah Sajjad (salah satu masyayikh Annuqayah yang gugur saat berperang melawan penjajah) para siswi dengan khusyu’ memanjatkan do’a untuk para pahlawan yang telah rela mengorbankan jiwa raganya untuk membela Indonesia tercinta.
Menurut keterangan Siti Romah Ahsan, selaku ketua panitia menuturkan bahwa, sebenarnya Hari Pahlawan tahun ini akan diperingati dengan menyelenggarakan berbagai jenis lomba, namun, berhubung banyaknya acara yang berlangsung di MA 1 A Pi maka rencana tersebut tidak dapat dilaksanakan. Belum lagi sekarang sudah menjelang liburan, membuat waktu semakin tidak memungkinkan.
“Sebenarnya Kami (para anggota OSIS) telah membentuk struktur panitia lomba untuk menyambut Hari Pahlawan tahun ini. Tapi karena gagal, jadi hanya diperingati dengan mengaji ke Makam Pahlawan,” terangnya.
Acara ini dihadiri oleh perwakilan maing-masing kelas (dua orang) dan semua pengurus OSIS. “ Rencananya semua siswa akan diikutsertakan dalam acara ini, namun, karena tempatnya tidak memadai maka kami meminta perwakilan tiap kelas saja,” tambahnya.
Dengan diadakannya acara mengaji bersama ini, siswa diharapkan tidak hanya menjadikan Hari Pahlawan sebagai momen untuk berlomba, namun juga untuk mengenang dan mendo’akan para Pahlawan kita.(Faiq_Kipperblog)

Sabtu, 21 November 2009

فى انتظارك

فى انتظارك
لا اقدر ان اكذب لمرة اخرى
قد د هن الد نياكلها
ولو ا جرب نفسى ثا بتاوا نكر ته
و لكن كلها بدو ن ا ي فائدة
وتصا عدالرجاء
يغفر الا ف الشعوري
االذى نبت منذ ا يا م التار حية
كلها بكماءدون الكلا م

اا لطا لبة ا لفقير ة ا لي ر حمة الله_ ستى ر ملة ا حسن
غو لؤ- غو لؤ-مد ر سة ا لعا لية قسم الد ر سا ت ا سلا مية

KEMAJUAN IPTEK PERMUDAH APLIKASI ILMU AGAMA

Oleh: Musyarrofah, XII IPS 1

Pesatnya perkembangan IPTEK sangat memudahkan manusia dalam melakukan berbagai aktifitas. Termasuk dalam hal ini kemudahan dalam proses belajar mengajar di lembaga pendidikan formal.
Sebagai contoh, dengan memanfaatkan audio visual sebagai salah satu produk kemajuan IPTEK, para siswa dapat dengan mudah memahami berbagai materi yang disampaikan oleh guru mereka.
Tak hanya materi umum yang sangat terbantu dengan adanya berbagai kemajuan IPTEK, materi agama pun dapat dngan mudah diakses melalui alat tekhnologi. Semisal, aplikasi zakat yang kini mulai dipraktekkan di MA 1 Anuqayah Putri, salah satu lembaga berbasis . Dengan hanya mengaktifkan program khusus di komputer dan melengkapi data yang diminta, para siswa dapat dengan mudah mengetahui berapa jumlah zakat yang harus dikeluarkan oleh mereka.
Di satu sisi, program tersebut memang sangat membantu para siswa dalam memahami ilmu fiqih khususnya bab zakat. Namun, di sisi lain hal ini dapat menyebabkan siswa malas mempelajai teori zakat yang terdapat dalam kitab, karena tanpa memahai teori zakat pun mereka dapat dengan mudah megetahui jumah zakat yang harus dikeluarkan dengan benar. Padahal, tidak selamanya meraka dapat mengakses komputer.
Untuk mengantispasi kemugkinan tersebut, guru materi fiqih tetap menjelaskan teori-teori zakat hingga para siswa benar-benar paham.

HITAM PUTIH

Oleh Mam chan

Setitik air mata luka
Aroma gerimis, akhir kemarau
Kuikat aroma duka
Saat langkahmu menghilang

Mawar merah nan berduri
Beracun dan mematikan
Aku kehilangan jejakmu
Di tengah tiupan angin
Di antara jubah putih suteramu

Aku tak lagi tahu
Mengerti setiap rintihan
Gejolak jiwa
Hingga akhir luka itu menganga

Tak usah bertanya aroma kamboja
Tangan ini selalu ada
Dengan rasa

Kini kau pergi untuk selamanya

Gerhanakah matahari?

Oleh: Eva M

aku bermimpi berselimut cahaya
berkalungkan aroma sakura
semerbak mewangi

sekejap, kemudian gelap
ada apa? Gerhanakah matahari?

Aku tak sempat bersuara
Semua sudah merana

Intuisi Gadis Giligenting

Oleh: Zhie al-gility
Asmaraku,
Berjalan dengan tenang
Menyusuri lembah padang pasir,
Gunung-gunung serta hamparan batu karang
Perjalanan yang begitu mengesankan
Berjuta kemenangan ku genggam di tangan
Bukit telah ku tendang
Gunung-gunung telah ku hancurkan
Jadilah aku “kembang chora”
Waktupun menuai sejuta memory indah
Kahuripan ku lukis dengan puluhan darah
Sumur tumpang, soro’, tanggul, pesisir utara dan chora istana kedamaianku
Pernah ku taburi mekarnya bunga- bunga indah
Kumbang-kumbang ku buat terluka
Hati para orang tua ku buat kecewa
Air mata bagai rintik hujan kecil
Tangis kenistaan persis kidung serunai
Ratap pengharapan mengalir bagai lembutnya arus sungai
Kedamaian adalah belahan kelukaan
Eindahan adalah bagian kenistaan
Tawa-tawa kecil mengalun
Mengahantar sejuta rajutan dari ratap permintaan
Tahukah engkau nyata tindas di hatiku?!

TEMBANG DUKA

Oleh: Zhie al-gility

Kutertunduk dalam asa
Merangkai kata-kata
Satu persatu ku urai kata
Dalam tarian tinta
Menabur tembang-tembang duka
Silau resah ku rasa
Saat di situ ku tulis sebuah nama
Berubah jadi gundah
Saat disana ku sibak cerita
Betapa jiwa resah dan terluka
Kala penaku berubah jadi tetes air mata

Jumat, 20 November 2009

Engkau

Oleh: Rofida

Senyummu…
Tawamu….
Ceriamu….
Topeng untuk ketegaranmu
Dia tahu
Aku tahu
Kita tahu
Dan merekapun tahu
Engkau rapuh
Engkau sakit
Engkau remuk
Dan engkaupun menangis

Rabu, 18 November 2009

ATRAKSI MA I A PI - MA I A

Rabu (18/11), setelah disuguhi atraksi menarik drum band MA 1 A dan paduan suara MA 1 A pi, para peserta principal mentoring kembali menikmati aksi panggung siswa MA 1 A yang berupa pertunjukan musik tradisional sejenis hadrah. Aksi ini ditampilkan selepas acara pembukaan kegiatan principal mentoring.
Setelah mengikuti penyajian yang disampaikan oleh Darmaningtyas (reformis pendidikan), para peserta principal mentoring kembali menikmati aksi panggung siswa MA 1 A yang berupa pertunjukan musik akustik atau yang lebih dikenal dengan ”maiakustik”. Walaupun beberapa saat sebelum pertunjukan itu dimulai hujan sempat mengguyur halaman MA 1 A pi, namun pertunjukan tersebut tetap berlangsung meriah dan mendapat respon baik dari para peserta kegiatan principal mentoring.
Selain itu beberapa peserta kegiatan yang juga kepala sekolah di sekolah-sekolah binaan Sampoerna Foundation mendatangi stand-stand yang memamerkan hasil kerajinan tangan dan keterampilan siswi MA 1 A pi dan beberapa media cetak berupa majalah atau buletin yang diterbitkan santri Annuqayah. Barang-barang yang dipamerkan antara lain adalah tas sampah plastik, beberapa pernak-pernik yang berasal dari sampah kertas, pupuk organik dan juga jamu racikan tim Te-O (Tanaman Obat).
Para peserta juga berbincang-bincang dengan beberapa siswi MA 1 A pi, bertanya tentang apa saja yang berkenaan dengan MA 1 A pi dan kegiatannya. Salah satunya adalah Abbas F, kepala sekolah SMAN 12 Makassar dan Dra Yenni, yang berasal dari manado. Ada juga peserta yang datang untuk melihat foto-foto kegiatan siswa MA 1 A dan MA 1 A pi yang ditempel di galeri foto MA 1 A pi dan lensa MA 1 A.
Pada coffee break kedua para peserta kegiatan kembali disuguhi penampilan yang menyuguhkan keindahan seni gerak tari yang ditampilkan oleh siswi MA 1 A pi. (Elya/Va/Opie’)

ANNUQAYAH SAMBUT PESERTA PRINCIPAL MENTORING

Rabu (18/11) enam belas kepala sekolah dari berbagai penjuru nusantara tiba di madrasah Aliyah 1 Annuqayah putri pada pukul 07.00 WIB. Mereka adalah peserta kegiatan Principal Mentoring yang rutin diselenggarakan oleh Sampoerna Foundation.
Sebelum acara pembukaan dimulai para peserta kegiatan itu disuguhi aksi Drum Band MA 1 Annuqayah putra yang dilanjutkan dengan penampilan paduan suara MA 1 Annuqayah putri.
Pembukaan kegiatan Principal Mentoring yang berlokasi di aula MA 1 Annuqayah putri itu juga di hadiri oleh para pengasuh, pengurus pesantren dan Yayasan PP. Annuqayah, para guru MA 1 Annuqayah Putra dan Putri, serta pengawas pendidikan Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Agama kabupaten Sumenep.
Amir Ma’ruf sebagai perwakilan dari Sampoerna Foundation dalam sambutannya meminta maaf atas keterbatasan fasilitas selama acara tersebut berlangsung. Ia juga mengungkapkan bahwa pada Principal Mentoring kali ini sedikit berbeda karena para peserta akan menikmati suasana pesantren sejak pertama kali datang hingga pulang. Tapi, Naqib Hasan (penanggung jawab acara Principal Mentoring) berharap para peserta mendapatkan sesuatu yang berharga dalam kegiatan kali ini,”semoga kita bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dari kegiatan ini” pungkasnya. (Elya/Va/Opie’)

Senin, 16 November 2009

KERJA BAKTI MASSAL GALANG PERSATUAN SISWA

Hiruk pikuk suara siswa mewarnai suasana sore hari di MA 1 Anuqayah Putri. Tidak kurang dari empat ratus orang siswa bekerja bakti membersihkan halaman madrasah (16/11/2009). Mulai dari menyapu, membuang sampah hingga merapikan kayu-kayu sisa pembangunan yang kocar- kacir mereka lakukan dengan semangat gotong royong.
Beberapa bulan terakhir ini, salah satu sisi halaman MA 1 Annuqayah putri memang terlihat kurang bersih, hal ini disebabkan adanya pembangunan gedung kelas yang masih dalam proses penyelesaian. Karena itulah pengurus OSIS berinisiatif untuk mengadakan kerja bakti dengan mengikut sertakan seluruh siswa dari kelas X, XI dan XII baik program IPS, Keagamaan maupun IPA.
Ketika jarum jam menunjukkan pukul 17.00 WIB, halaman MA 1 Annuqayah Putri sudah terlihat bersih kembali. Sebagian besar siswa kembali ke komplek pondok masing-masing. Namun, di salah satu satu pojok halaman masih tampak beberapa orang siswa yang menyelesaikan membuang sisa sampah yang tececer. Saat itulah, Plt. Kepala MA 1 Annuqayah Puti, Bapak Afif Ready, menghampiri mereka dan membagi-bagikan permen.
”Inilah rezeki bagi yang pulang terakhir, kalau rezeki memang tidak kemana” celetuk Nufus, Ketua OSIS masa bakti 2009-2010 sambil tertawa. (Va_M492)

Selasa, 10 November 2009

Menelusuri Jejak Sang Ulama’ Pejuang

Oleh: Musyarrofah, XII IPS 1


Sosoknya menyiratkan ketegasan dengan mata menyorot tajam dan alis hitam tebalnya. Sorban yang menutupi kepalanya seakan menambah kesan kewibaan. Beliaulah K.H. Moh. Hasyim Asy’ari, salah satu diantara pahlawan–pahlawan kemerdekaan nasional.
Beliau terlahir pada tanggal 14 Pebruari 1871 di desa Gedang, Jombang dari pasangan Kyai Asy’ari dan Halimah, yang masih keturunan ningrat dan ulama’.
Sejak kecil kegigihan beliau dalam mencari ilmu terpancar dari sikap dan prilakunya. Beliau belajar langsung kepada ayah dan kakeknya, Kyai Utsman. Pada usia 13 tahun, beliau sudah mengajar di pesantren kakeknya.
Belum puas dengan ilmu yang diperoleh, beliau berkelana dari satu pesantren ke pesantren yang lain; dari Pesantren Wonorogo Probolinggo, Pesantren Trenggilis Semarang, Pesantren Kademangan Bangkalan Madura hingga pesantren Siwalan Sidoarjo. Dan di pesantren yang terakhir inilah beliau diminta untuk menikahi Khadijah, putri pangasuh pesantren tersebut, K.H. Ya’qub.
Setelah menikah, beliau bersama sang istri berangkat ke tanah suci, Mekkah. Tujuh bulan dari keberangkatan itu, putera pertama mereka lahir dengan nama Abdullah. Namun duka tak bisa diduga, belum genap 40 hari usia sang putera, istri beliau wafat dan disusul oleh puter semata wayangnya.
K.H. Moh. Hasyim Asy’ari memutuskan untuk kembali ke Indonesia, kemudian pada pada tahun 1893 M. beliau kembali ke Mekkah dan berguru kepada dua ulama’ besar, Syaikh Ahmad Khotib dan Syaikh Mahfudh at-Tarmisi.
Tahun 1899, beliau kembali lagi ke tanah air, Indonesia dan mengajar di pesantren kakeknya. Pada tahun itu pula, beliau mendirikan pesantren Tebu Ireng, di Jombang. Ribuan santri dari berbagai daerah Indonesia datang untuk belajar di pesantren beliau.
Menjadi oarang yang mahir dalam pengetahuan agama tidak membuat Kyai Hasyim mengabaikan pengetahuan umum. Di pesantren beliau, para santri tidak hanya diajarkan pegetahuan agama tapi juga pengetahuan umum dan berorganisasi. Maka tak heran, tak sedikit para alumni pesantren tersebut yang menjadi tokoh dan ulama’ bahkan Kyai Hasyim sendiri adalah petani dan pedagang sukses.
Dua puluh tujuh tahun setelah mendirikan Pesantren Tebu Ireng, beliau mendirikan NU (Nahdlatul Ulama’) yang berperan aktif dalam proses kemerdekaan. Dan kini organisasi tersebut menjadi penyalur pengembangan Islam ke desa-desa dan kota di Jawa.
Sikap toleran terhadap perbedaan atau aliran lain adalah salah satu sikap yang terus menghiasi masa hidup beliau. Semangat mempertahankan kemerdekan tercermin dalam pidato-pidatonya. Hingga pada tanggal 25, Juli 1947, setelah mendengar cerita mengenai banyaknya rakyat yang menjadi korban kekejaman Belanda, secara mendadak beliau terserang peradangan otak dan wafat.

WR. Supratman, Pahlawan Nasional Pada Zaman Pergerakan Berjuang Melalui Tulisan dan Lagu

Oleh: Izzatul Kamilia, Pearl Oyster Class (XII IPS 1)


Indonesia Raya/ Merdeka, merdeka/ Tanahku, negeriku yang kucinta/ Indonesia Raya/ Merdeka, merdeka/ Hiduplah Indonesia Raya. Bait lagu ini adalah penggalan dari Mars Indonesia Raya ciptaan W.R Supratman. Pahlawan nasional pada zaman pergerakan kemerdekaan Indonesia.

“Siapakah W.R Supratman?” Gelengan kepala, dan kata tidak tahu, adalah jawaban yang saya terima ketika bertanya kepada salah satu siswi MA 1 Annuqayah putri.
Lahir di Batavia (Jakarta) pada 9 maret 1903 dengan nama Wage Supratman. Ia putra seorang tentara KNIL. Masa kecilnya ia habiskan di Batavia. Hingga pada tahun 1914, Wage pindah ke Makassar bersama kakaknya Rukiyem yang menikah dengan seorang opsir Belanda Van Eldik.
Van Eldik menambahkan Rudolf pada nama Wage, dan mengakuinya sebagai anak agar Wage bisa bersekolah di Europeesche Lagere School. Tapi Wage tak bisa mengelak ketika pihak sekolah tahu bahwa ia adalah pribumi asli. Sehingga, ia harus keluar dari sekolah dan pindah ke sekolah Melayu. Lalu pada 1917 Wage melanjutkan sekolah ke Klein Ambienaar Examen. Lalu melanjutkan ke sekolah guru Normal School Makassar, dan Wage mengajar sebagai guru Sekolah Dasar di Makassar.

Wage, Menulis, Musik, dan Politik
Van Eldik –kakak ipar Wage- adalah seseorang yang menyukai musik dan ahli bermain biola. Dan Wage suka mendengarkannya lalu menirunya. Dan Van Eldik mengajarinya hinga ia bisa memainkan biola dengan lihai.
Wage mempunyai seorang teman peranakan Belanda Moni Vanacken. Moni yang akan menikah, meminta Wage untuk memainkan biola pada malam pernikahannya. Dan malam itu adalah kali pertama Wage menunjukkan kemampuannya pada khalayak ramai. Sejak saat itu Wage bergabung dengan grup orkestra yang juga diundang pada malam itu. Dan pada tahun 1920 Wage mendirirkan Club Band sendiri. Dan ia hidup dalam kemewahan.
Makin dewasa Wage makin kritis dalm melihat keadaan. Dalam hidupnya ia frustasi melihat kenyataan yang ada disekelilingnya. Wage terjebak pada dua kebudayaan. Ia hidup dalam keluarga Belanda, dipihak lain ia terkesan pada lingkungan masyarakat bawah yang mulai berontak dan bergolak, yang tak puas pada pemerintah Belanda dan menentang kekuasaan Belanda.
Wage mulai merasa hidupnya tak lagi berarti. Kemewahan dan berfoya-foya bukanlah tujuan hidupnya. Wage mulai mencari cara agar ia bisa berbuat sesuatu untuk bangsanya. Lalu ia memutuskan untuk menumpangi kapal, bertolak kepulau Jawa. Sesampainya di Pelabuhan Surabaya Wage diciduk aparat keamanan (polisi), dan dimasukkan kedalam penjara. Tapi ia dibebaskan karena barang bawaannya tak ada yang mencurigakan karena hanya berisi biola.
Dari surabaya ia pergi ke Cimahi, Jawa Barat dan tinggal bersama ayahnya. Disana ia bertemu dengan DR. Amir dan mengajak Wage bekrja sebagai wartawan di koran SINPO. Ia bertugas meliput perkara-perkara di pengadilan. Wage banyak menemukan ketidakadilan hukum pada penduduk pribumi dan ia menuliskannya di koran itu. Sejak saat itu Belanda resah dan mulai mengawasi gerak-gerik Wage hingga ia dikeluarkan dari pekerjaannya sebagai wartawan.
Untuk mengisi kekosongan waktu, Wage bermain biola ditempat bermain bilyard. Banyak orang yang datang ke tempat itu bukan untuk bermain bilyard, tapi untuk mendengarakan permainan biola Wage. Salah satunya adalah Harun, seorang wartawan terkenal dari koran ALPINA. Harun mengajak Wage untuk bergabung di ALPINA.
Kehidupan sebagai wartawan sudah mendarah daging pada diri Wage. Meskipun ia harus berhemat dengan gaji 36 perak setiap bulannya, ia masih bisa bertahan hidup. Tapi, ia bisa frustasi da mati bila ia harus melepaskan profesinya itu.
Dalam bidang politik Wage tidak bergabung pada golongan manapun. Walaupun demikian ia tetap menghadiri pertemuan-pertemuan dan rapat-rapat yang diadakan ole para pejuang kemerdekaan. Dan ia menyukai semangat rakyat Indonesia yang harus melakukan rapat sembunyi-sembunyi dari Belanda agar tak ditangkap. Sehingga rasa patriotisme semakin tebal didalam jiwa setiap orang, juga Wage. Ia menyukai pidato-pidato Soekarno dan menyukai pemikiran-pemikiran tokoh terkenal seperti Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo dan beberapa tokoh lainnya.
Hingga pada suatu hari Wage membaca artikel pada koran TIMBUL yang berbunyi “ Mana komponis kita jang dapat mentjiptkan lagoe kebangsaan Indonesia? Jang dapat membangkitkan semangat rakjat.” Dan Wage merasa tertantang karena ia yakin pada suatu hari bangsa Indonesia akan bersatu, Indonesia akan bangkit. Dan Wagepun mulai mengambil biolanya lalu menggeseknya, mengambil pena lalu menuliskan angka-angka not pada lembaran-lembaran kertasnya. Dan terciptalah sebuah lagu dengan judul Indonesia Raya.
Lagu itu ditampilkan pertama kali pada penutupan Kongres Sumpah Pemuda II pada 28 Oktober 1928. Sejak saat itu Wage selalu menjadi pusat perhatian sekaligus musuh besar Belanda. Dan lagu itu pula yang dinyanyikan secara spontan pada 17 Agustus 1945 saat Indonesia mengumumkan kemerdekaannya.
Selain menulis lagu, Wage juga menulis sebuah roman yang berjudul Perawan Desa, tapi buku dilarang beredar oleh Belanda.
Pada tahun 1937 Wage kembali ke Surabaya, semangat pemuda Surabaya semakin berkobar-kobar, ketika tahu Wage telah kembali ke Surabaya. Hingga tepat pada tanggal 17 Agustus 1938 Wage menghembuskan nafas terakhirnya, dengan menyisakan luka pada jiwa setiap rakyat Indonesia. Dan dengan dikeluarkanya Surat Keputusa Presiden RI no. 016/TK/1971 Wage resmi menjadi Pahlawan Nasional negara Indonesia.

Senin, 02 November 2009

Sepenggal Memory dalam Hidupku

Oleh: Musyarrofah, XII IPS 1

Disini, aku ingin bercerita tentang seseorang kepada kalian. Cerita tentang sosok yang membuatku benar-benar hidup.
Awalnya, aku merasa sungkan kepada beliau, tapi beliau berkata, “tenanglah, semuanya bisa kita diskusikan dan lakukan bersama”.
Lalu aku mulai merasa dipahami.
Suatu hari, saat aku begitu bersemangat mengemukakan gagasanku, beliau berkata,”gagasanmu sangat bagus, tapi sebelum melaksanakannya kamu harus malihat peluang yang ada dan positif-negatifnya”.
Aku mulai berusaha mewujudkan gagasanku, tapi jalan tak semulus yang kubayangkan, membuat aku mulai tak yakin dengan kemampuanku. Namun, beliau berkata,”keahkan semua kemampuanmu, jika dengan semua itu kamu belum mampu, barulah kamu boleh meminta bantuan orang lain. Tapi, saya yakin kamu pasti bisa”
Aku mulai bangkit kembali. Tapi aku tetap merasa kelelahan dengan semua masalah yang beruntun menimpaku. Lalu, beliau menghiburku, “setiap orang pasti punya masalah, karena tanpa masalah kita takkan hidup”.
Kini aku mengerti, bahwa masalah adalah salah satu bentuk kasih sayang Allah, karena dengan adanya masalah aku belajar menghargai hidup.
Lain waktu, aku melakukan kasalahan. Taukah kalian bagaimana tanggapan beliau? bukan menyesali kesalahan yang telah kulakukan, tapi beliau malah bertanya, “berapa kali kamu melakukan kesalahan?”.
Sejak saat itu, aku belajar menjaga kepercayaan orang lain kepadaku.
Begitu banyak hal berharga yang telah beliau ajarkan kepadaku. tentang hidup yang tak semudah ku bayangkan. Namun, juga tak sesulit yang kupikirkan.
Beliau mengajariku untuk hidup tak sekedar helaan nafas, mengarahkan mata dan hatiku untuk melihat dari segala sisi, mengajakku menikmati indahnya cahaya matahari, sebelum aku mengeluhkan teriknya.
Semuga beliau selalu diridhai-Nya

Bukit Bintang, 2 Nopember 2009