Senin, 21 Desember 2009

MOTHER MOTIVATION AND SMILE INFLUENCE FOR CHILDREN SPIRIT TO STUDY

Ulfatun Hasanah, XII Prog. Keagamaan

Mother is the first school for children. In his development to take of knowledge, mother becomes someone who is very important. Mother becomes someone that is hoped very much for express some new soul that have good personality and achievement. So a mother is hoped have an education and have an experience to lead her children.
In addition upbringing in the school, children are getting education from her mother. But the result did not match she and her children expectation. That is precisely the opposite, from our mother the first education will be gotten. Mother who is kind is someone that always gives motivation to her children. Both the material motivation or immaterial motivation. The material motivation as like; mother prepares some books to support children education and finance all of children requirements during schooling. The immaterial motivation as like; mother always gives belief for children and gives most beautiful smile as a token of her pride to her children.
Although only a smile, but it’s influence is very huge more than giving some money. Mother’s smile can breakdown all of restlessness that are met by children, both caused by school activities bustle or duties from his teacher.
At first, children deem duties as something implicate to him. By a smile and motivation from mother, as though the duties transformed fresh fruit in the intensify of sun. And also children deem the school activities bustle as something confusion to him, by a smile and motivation from mother, as though the confusion transformed please hobbies.
So that, supplied with smile and motivation from mother, children can feel quiet in his study to achieve dreams. No saying die as long as our mother support us by giving belief and give her most beautiful smile in every our stride to endure education.

BERLALUKAH BADAI ITU

Oleh:BEEHIVE CLASS XII IPS 2

Sinar mentari yang muncul dari ufuk timur menyinari hatiku,menemani juiwa yang sepi,dan menghangatkan raga yang dingin akan kasih sayang setelah usia remaja menyapaku,kebersamaan yang sempurna,takkan pernah tertelan oleh jarak,aku gadis manis,mungil,penuh enerjik,tak bosan-bosan tersenyum mengenang masa lalu yang begutu indah.dimana sebuah keluarga kecil yang tinggal digubuk tua ,selalu memberi kehangatan ya…! Layaknya sinar matahari yang tak pernah lelah menyinari dunia dengan sinarnya

***
Masa itu tak pernah hilang dari pikiranku,hati ,jiwa dan mataku.sekalipun aku jauh dari keluarga kecilku!tapi, mereka tetap ku ingaat dan selalu tersimpan di hatiku.ingin kubertemumereka, merebahkan kepala dipangkuan ibu ,bercanda tawa bersama adik-adikku,dan berada dalam pelukan ayah.setiaknya!pertanyaan itu selalu berfolusi dalam otakku, akupun tak bisa menjawabnya .aku gamang dengan pertanyaanku sendiri

***
Kerinduan yang begitu mendalam, membuatku tak bisa membendung air mta.tetesan demi tettesan membasahi hijab yangku pakai.sudah dua tahun aku tak pernah pulang kampung halamanku.tepat pada hari ultah yang ke-17 ibuku! Memberi kabar bahwa ayahku telah berangkat ke luar negri{arab saudi} untuk mencari nasab dan biaya kuliahku nanti.sungguh hatiku hancur,badanku terasa remuk mendengar berita itu!.masalah ekonomi yang melanda keluarga ku saat ini, membuat ayah tega mennggalkan kami,akuhanya bisa pasrah dan berharap ayah sehat dan selamat dinegri orang.
Kapergian ayah membuat hari-hariku terasa hambar.aku bosan pada dunia ini yang tak berpihak padaku ,apalagi banyak guru-guru disekolahmenjelaskan bahwa perselingkuhan itu terjadidikarnakan hilangnya kebersamaan,ya ! contohnya keluargaku ayah dan ibuku terpisahkarena jarak yang memisahkan.aku bosan mendengar semua cerita itu,aku hanya bisa menangis dan mencurahkan pada yang kuasa,agar keluargaku tetap utuh.dan apa yang di katakan guruku!takkan terjadi pada keluargaku

***
Hari hari tlah kulalui tanpa sesosok lelaki yang tegas didalam keluargaku.aktifitasku kacau balau mendengar berita kepergian ayah. Aku tetap tidak bisa menerima kenyataan ini. Aku butuh pengokoh, penyanggah, agar aku tetap bisa berdiri dan menjalani kehidupnku. Raut wajah Ibu yang redup dengan tutur kata yang lembut, muncul di depan mataku. Tak terasa butiran bening jatuh membasahi kertas di atas mejaku. Konsentrasiku buyar, hanya bayangan Ibu yang tetap dalam pikiranku.
Sedang apa Ibu di sana? Bagaimana Ibu menghadapi masalah tanpa Ayah di sisinya? Akankah Ibu tetap tersenyum pada dunia? Aku sangat mengkhawatirkan Ibu! Sungguh aku bingung dan bimbang. Bagaimana mengatasi masalah keluargaku? Apalagi mengingat pernyataan dari guruku! Tubuhku tiba-tiba melepuh dan tetesan bening itu mengalir tiada henti. Sungguh berat ujian hidup ini! Rasanya dunia akan menghimpitku! Apalagi, saudaraku masih kecil-mungil. Mereka

***
Di Pesantren salafiah Jombang, aku selalu sakit. Aktivitasku terhambat di sekolah. Banyak pelajaran yang tertinggal. Hingga suatu hari, tepat tanggal 30 Mei 2004, aku mendapat surat dari Ibu. Kedatangan surat Ibu memberiku kekuatan. Yang dulunya enggan beraktivitas, kini kekuatanku pulih kembali.
***
Satu bulan telah kulewati. Surat itu tetap tersimpan rapi di dalam lemari. Disaat aku rindu dan kekuatanku down, aku mengulang membaca surat itu. Surat itu merupakan jimat untuk diriku, sekaligus kekuatanku. Tapi, tetap saja pikiran yang tidak-tidak tentang hilangnya kebersamaan itu selalu ada dalam otakku! Aku mencoba menepis semua itu, tapi tak bisa! Karena sudah tak kuat memendam pikiran itu, akhirnya, aku memberanikan diri untuk menelepon Ayah. Aku terisak. Ayah pun ikut terisak.
“wis toh nak. Dhunga’no ae, beno Ayah lekas moleh ghowo duwek seng akeh. Beno awakmu gak nelongso. Beno podho bhek konco-koncomu seng laen. Lan gak usah mikirno seng macem-macem. Ayah gak kiro koyok ngono. Ayah seng sayang neng Ibukmu lan kabeh keluarga.” kata Ayah waktu itu. Lega rasanya mendengar pernyataan itu dari Ayah. Dunia terasa melepaskan himpitannya.
***
Semula aku tak punya rasa percaya diri. Karena aku tak sama seperti teman-temanku yang lain. Dan aku sempat berpikir tak akan pulang ke kampung halamanku. Karena buat apa juga pulang? Tak ada Ayah! Tapi pikiran itu aku rubah, karena aku bukan hanya merindukan Ayah. Tapi juga Ibu dan keluargaku di sana.
Pondok Pesantren tempatku meneguk ilmu, membuatku ingin selalu memeluk dan selalu mengucapkan terima kasih pada Ayah dan Ibu. Aku sadar, itu bukan cara yang tepat untuk berterima kasih pada mereka. Layaknya anak kecil saja! Ingin selalu berpelukan. Hingga tiba pada waktu yang mendebarkan. Yaitu pengumuman peringkat kelas dan hari libur panjang Ramadlan. Suara mikrofon membahana di aula sekolah Pesantren. Seolah terdengar hingga ke penjuru dunia. Jantungku berdegub kencang seperti gendrang yang mau perang (Dewa 19). Saat nama-nama orang yang mendapat peringkat disebutkan. Ternyata namaku disebut. Aku mendapat peringkat pertama.
Kebahagiaan kembali memelukku. Sekalipun kesedihan masih mempererat genggamannya. Tapi, tetap tidak bisa merubah perasaanku. Apalagi melihat teman-temanku bercanda bersama keluarganya. Hatiku merasa teriris. Aku merindukan masa itu. Masa yang tak kan pernah hilang dalam sanubariku.
Ak mencoba tegar dan menghapus kesedihan yang tetap bercokol dalam otak dan perasaanku. Karena kusadar “no body is perfect in this world” (tak ada seorang pun yang sempurna di dunia ini). Sedikit demi sedikit aku mulai mengikhlashkan semua yang terjadi padaku. Karena kuyakin badai pasti berlalu.

MENUJU PEMBELAJARAN BERBASIS KASIH SAYANG

Oleh:Izzatul Kamilia, XII IPS 1

Setiap hari didalam kelas guru selalu dihadapkan pada kondisi siswa yang beraneka ragam. Hal itu terjadi karena siswa hadir dari latar belakang yang berbeda. Dan itu merupakan tantangan tersendiri bagi seorang guru yang harus dihadapi setiap hari, sehingga guru dituntut untuk selalu mengerti keadaan siswa setiap waktu.
Untuk masalah itu guru harus peduli dan melibatkan emosinya dalam mengajar, yaitu guru harus mampu melihat suatu permasalahan dari sudut pandang para siswa untuk mengetahui cara apa yang paling tepat agar siswa tertarik dan bisa menimbulkan rasa keingintahuan terhadap siswa itu sendiri. Juga mencari metode pembelajaran yang melibatkan siswa dalam semua kegiatan dalam kelas, sebagai salah satu upaya untuk mencuri perhatian siswa.
Tapi itu tidaklah cukup karena dalam mendidik siswa itu sendiri guru harus memberikan perhatian penuh kepada siswa, karena dengan cara itu siswa merasa dirasakan keberadaannya. Sehingga siswa memperhatikan terhadap pelajaran yang disampaikan oleh guru yang bersangkutan dan berpengaruh pada daya serap siswa terhadap pelajaran yang disampaikan. Dan yang terpenting adalah guru tidak meninggalkan siswa dalam kebingungan yang nantinya bisa membuat siswa bosan pada pelajaran juga pada guru yang bersangkutan. Tidak bisa dilupakan pula guru harus menyediakan waktu sebanyak-banyaknya untuk berdiskusi dengan siswa agar guru bisa lebih mengerti dan memahami kondisi dan keinginan siswa. Seperti yang diungkapkan oleh Arief Rachman salah seorang praktisi pendidikan Indonesia guru harus mampu melayani siswa dalam keragamannya, sehingga potensi siswa bisa berkembang
Dan hal itu memang tugas yang paling mendasar dari seorang guru. Karena memang tidak ada aturan umum tentang cara mengajar ataupun mendidik siswa, karena setiap orang melakukannya dengan cara yang berbeda dan akan berhasil dengan cara yang berbeda pula sesuai dengan metode yang dipakai. Entah apapun gaya dan metodenya yang penting sesuai dengan kondisi siswa.
Kita coba ambil satu contoh cara mengajar seorang ”guru” yang berhasil menjadikan ”muridnya” menjadi manusia yang sempurna dalam berbagai hal. Manusia itu adalah nabi Muhammad saw, yang terkenal dengan kepandaiannya, kejujurannya dan sifat-sifat baik lainnya dan gurunya adalah malaikat Jibril yang bertugas menyampaikan kalamullah kepada sang utusan. Dalam at-Tajrid ash-Sharih sayyidatuna Aisyah meriwayatkan ketika kali pertama beliau menerima wahyu di Gua Hira’ yang menyampaikan kepada beliau adalah malaikat Jibril, laluJibril berkata ”iqra’” Rasulullah menjawab ”ma ana bi qari-i” lalu malaikat jibril menarik beliau mendekat dan dipeluk hingga beliau merasa kepayahan, hal itu dilakukan berkali-kali hingga Rasulullah mampu menerima wahyu dari Allah dan disaat itu juga beliau resmi diangkat sebagai utusan Allah.
Hal itu menunjukkan bahwa menjadi guru itu hendaknya mendidik dengan hati yang ikhlas, tulus dan dilandasi kasih sayang pada siswa. Karena tugas guru bukan hanya mentransfer ilmu pengetahuan tapi juga bisa memotivasi dan membangun optimis siswa untuk tetap semangat dalam belajar, bukan hanya belajar materi pelajaran di sekolah tapi juga belajar tentang hidup. Karena guru bertanggung jawab terhadap kondisi siswa dalam upaya memahami pelajaran, dan sekali lagi tidak meninggalkan siswa dalam kebingungan.
Selain itu tugas guru adalah mengayomi siswa dan membesarkan atau memperkuat mental siswa. Guru juga harus bisa memberi arahan kepada siswa dan mendorong siswa pada jalan-jalan kebenaran dan kebaikan. Karena dengan cara itu guru membangun kepribadian siswa menjadi peribadi yang berkualitas, dan juga bisa menghasilkan garuda-garuda bangsa yang tangguh dan berpendirian kuat.