Rabu, 23 Desember 2009

RETORIKA HATI FANYA

Oleh: Rara Zarary, XII IPS 4

Aku membutuhkannya
Aku ingin ia kembali
Mendampingiku melaju
Bersama bayang hari esok

Pagi di rumah Fanya, dia melirikkan matanya ke arah foto Zuan sahabatnya yang telah pergi meninggalkannya. Matanya bening, alisnya yang indah membuat ia tetap kelihatan segar dan cantik meski air mata yang suci telah menjadi hiasan lukanya.
Fanya hanya seorang cewek yang tak mampu mengalirkan kehidupannya. Bahkan untuk menjaga dirinya pun ia masih tak bisa. Benar jika Fanya merasa kehilangan atas tak adanya Zuan, karena selama ini Zuanlah yang menjaganya. Bahkan memberinya kekuatan dalam hidup yang telah ia lalui dengan iringan musik kesepian dan kesedihan.
Kepergian Zuan bukanlah kamauannya. Fanya yang meminta Zuan pergi dari sisinya. Entahlah apa alasan Fanya melakukan hal itu. Tapi yang jelas, Fanya telah menyesali apa yang ia perbuat.
Tepat di persimpangan jalan menuju sekolah, Fanya melihat Zuan bersama cewek yang sejajar dengannya. Fanya diam. Mata mereka tiba-tiba berjumpa dalam pandangan yang satu. Zuan manatap fanya. Lalu dengan cepat Fanya mengalihkan penglihatannya. Dan ia pun beranjak dari tempat berdirinya.
Fanya ternyata memikirkan apa yang ia lihat sebelumnya. Seorang Zuan bersama dengan cewek lain. Memang Zuan dengan Fanya hanya sebatas sahabat. Bahkan saat ini sudah tak memiliki hubungan apa-apa. Tapi rasa cemburu masih hadir di hati Fanya. Dia memang tidak mencintai Zuan melebihi sahabat. Tapi ada satu hal jika Zuan sudah memiliki kekasih, maka waktunya semakin tak ada untuk Fanya.

Ada ketakutan yang mulai menghantuiku
Banyak kesulitan yang tak mampu kulalui
Dan itupun hanya bisa
Bila aku bersama denganmu…

Fanya jatuh sakit. Air matanya selalu berlinang. Tak ada yang mampu memahaminya. Bahkan Ibunya sendiri tidak tahu apa yang telah membuat Fanya menjadi sakit.
Akhirnya jalan satu-satunya yang Ibu Fanya pilih adalah menemui Zuan, sahabat Fanya dari SD. Karena Ibu Fanya tahu dialah satu-satunya sahabat Fanya.
Zuan terkejut ketika mendengar kabar bahwa Fanya jatuh sakit. Spontan Zuan berlarian menuju ke rumah Fanya. Sedikitpun tak terlintas ingatan bahwa ia telah diusir oleh Fanya.
Zuan memandangi Fanya yang masih tak membuka matanya. “Hei sahabat baikku. Nona Fanya… Zuan datang non…” ia berbisik lirih di telinganya. Tiba-tiba Fanya terbangun dan menatap Zuan tak percaya. “Kamu kok di sini? Bukankah aku telah menyuruhmu pergi?” mendengar ucapan Fanya, tiba-tiba Zuan teringat atas apa yang telah terjadi antara mereka dua bulan lalu. Zuan diam. Dia merasa harus tetap berada di sisi Fanya. Meski ternyata Fanya selalu menyuruhnya untuk menjauh. Sebenarnya masalah yang melatar belakangi kejadian itu hanya sepele. Tentang ketidak datangan Zuan disaat Fanya memanggilnya sore itu. Fanya merasa Zuan telah memiliki yang lain. Dengan itu hati Fanya beda. Ia tiba-tiba memilih untuk menyuruh Zuan pergi dari pada nanti ia akan tersakiti di akhir hari…
“Fanya, sebenarnya apa sih salahku? Sampai-sampai kau tidak mau lagi menatap mukaku? Sebesar apa kebencianmu padaku?” Fanya diam. Dia Cuma mampu mengeluarkan air matanya. Fanya tahu dirinya sangat merindukan Zuan. Bahkan dia ingin Zuan kembali di sampingnya. Tapi semua itu tidak Fanya utarakan. Karena Fanya tahu, dia hanya seorang gadis yang tidak ada apa-apanya di mata Zuan. “Fanya, kamu tidak usah menjawab apapun. Aku tak memaksamu. Bahkan aku akan pergi jika itu memang kemauanmu. Aku ke sini karena Ibumu datang ke rumah, bahkan karena aku sangat mengkhawatirkanmu, Fanya. Ya sudah, aku janji nggak bakal ganggu kamu lagi.” Zuan beranjak dari samping Fanya. Fanya membiarkan semua itu berlalu… entah apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa kalau Fanya memang sayang ia harus membiarkan Zuan pergi…? Semuanya hanya Fanya yang tahu.

Aku tahu,
Aku membutuhkannya
Tapi aku akan berlebihan
Jika ingin dia selalu di sisiku
Dia memiliki cinta
Dan aku tak mau memisahkannya
Biarkan musik luka ini menjadi temanku
Sebagai instrumen yang kan memberiku
Kekuatan meski tanpa Zuan…

Air mata Fanya mengalir deras melepas jejak langkah Zuan…
Dan semua kan menjadi cerita yang luka bagi Fanya. Karena Fanya pun sadar lukanya tidak akan pernah sembuh hingga nanti ada orang yang mau mengobatinya dengan ketulusan hati. Meski itu bukan Zuan…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar