Oleh: Rara Zarary, XII IPS 4
Aku begitu sakit
Ketika kau tancapkan pisau
Pada hatiku, pusat segala rasa
Padahal aku rindu, dan tetap mencintaimu
Itu yang kurasa saat Adhil meninggalkanku beberapa minggu lalu. Kalau seandainya aku tak malu untuk memintanya kembali, aku pasti lakukan itu demi cintaku. Tapi aku tahu, bahwa aku seorang wanita yang dipandang serakah bila menancap cinta pada lelaki.
Aku baru sadar. Ternyata posisi lelaki itu sangat enak. Menguasai segala hal. Yah, mereka punya banyak kesempatan untuk bercinta. Tidak lain karena mereka tidak pernah mampu disakiti wanita.
Adhil lelaki yang selama tiga tahun sudah bersamaku. Ah,. Aku kira semua itu akan menjadi cinta sejati. Tapi nyatanya sejenak nyaris tak ada.
Aku tak lagi memiliki rasa cinta
Bila nyatanya cinta pertama tak ada
Hati kan kututup,
Sampai nanti ada lelaki berkelana mencariku sebagai yang dipuja
Akhirnya akupun berusaha bangkit dari lelah dan dukaku. Aku tak boleh mati karena perasaan ini. Aku harus mampu beranjak dari alur cerita Adhil yang lalu. Yang terbiasa menyuruhku menengadahkan tangan dikala langit mendung. Menyuruhku menunggu matahari ketika terganti senja. Aku harus lepas dari memory itu! Aku pasti mempu demi masa depanku.
@@@
Satu bulan setelah kuhapus bayangan Adhil dari hatiku. Ternyata aku dihadapkan pada masalah baru. Bapak memintaku untuk menikah dengan Fahri, sepupuku sendiri.
Tiba-tiba jiwaku tergoncang. Aku seperti digoyang oleh bayang-bayang Adhil. Aku takut, aku khawatir tak mampu mencintai lelaki pilihan Bapak. Karena aku sadar. Ternyata Adhil masih membekas di hatiku.
Akhirnya aku menolak pada Bapak dengan alasan masih mau sekolah. Ternyata permohonanku nyaris tak terjawab. Bahwa aku harus rela pergi dari rumah kalau melanggar apa yang beliau pinta.
Aku sadar, bahwa apa yang ia perbuat adalah untuk menyambung persaudaraan. Bahkan untuk melindungi diriku dari lelaki pemilik cinta yang dusta. Ya, aku harus mampu menepis rasa keberatanku ini. Aku harus benar-benar lupa pada Adhil. Dia bukanlah cinta yang halal bagiku. Aku yakin aku mampu membuka hatiku kembali. Siapa tahu Kak Fahri adalah lelaki yang sedang berkelana mencariku.
Akupunn melalui hari-hariku. Dan saat ini adalah aku sebagai istri Kak Fahri. Malam ini penentu cinta kami tuk dipadu. Aku akan selalu berusaha menjadi istri yang sholihah…
Pada malam itu
Aku temukan secercah cahaya putih
Bernama cinta dari Ilahi
Dan itu adalah lelaki pendamping hidupku kini
Benar! Cinta ternyata bisa dengan belajar…
Aku mencintaimu, Kak Fahri…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar