Ummul
khaier el-shaf*
Senja
kembali menari di mataku.Melahirkan malam dan mendung yang tak berkesudahan.
On August 7th,
2011 07:45 WIB
Pagi itu, aku masih mampu mendengar
suaranya.Suara yang selalu ciptakan kerinduan di hatiku.Suara yang sudah tak
asing lagi ku dengar. Suara itu. Suaranya yang ku puja. Suara lelaki yang
mengaku dirinya matahari, dan memang matahari bagiku. Tapi semua itu dulu,
sebelum akhirnya ia datang membawa senja kehadapanku, dan menyatakan sempurna
tenggelam pagi itu. Semua masih segar dalam ingatanku, dan terekam jelas dalam
memoryku.
“Angel, maafkan aku, mungkin
hubungan kita cukup sampai disini”. Deg… dadaku sesak! Terasa sangat perih…
kata-katanya begitu tajam dan meruntuhkan sendi-sendi kekuatanku. Aku tak
mengerti mengapa tiba-tiba ia berkata pedas padaku. Entah syetan apa yang telah
membiusnya hingga kata yang tak ku inginkan ia lafalkan begitu sempurna.
“Maksud kamu apa?” tanyaku bingung.
“Ya, aku takut menyakitimu lebih
dari ini, karena rasa itu baru hadir”
“Aku benar-benar nggak ngerti,
tolong jangan buat aku bingung seperti ini, tolong katakan padaku kau hanya
bercanda saja”
“Nggak! Sekarang aku serius, aku
takut menyakitimu lebih dalam lagi”
“Sudah!Katakan padaku apa yang
sesungguhnya, jangan membuatku bingung seperti ini” kataku serius.
“Dulu, sebelum kita memperbaiki
semuanya, aku mengenal sahabatmu. Dan aku mulai menaruh rasa padanya, entah itu
rasa apa, namun, setelah kita menjalani semuanya, aku baru menyadari, bahwa sebenarnya
aku mulai menyukainya. Jadi, lebih baik aku jujur sama kamu, dari pada aku
semakin membuatmu sakit lebih dari pada ini,.Aku benar-benar minta maaf, aku
tak mampu menafikan perasaan ini, dan akupun tak sanggup membohongi rasaku sendiri.Dan
sekarang semuanya terserah kamu”.
Hujan deras tiba-tiba membanjiri
pipiku, tubuhku menggigil gemetar, ada sakit dan perih yang menusuk-nusuk
jantungku.Racun menjalar keseluruh tubuhku.Awalnya ku kira semua ini hanya
mimpi di siang bolong, hingga kupukul-pukul diriku sendiri tuk memestikan ini
benar reaalita atau bukan.Namun ternyata ku salah, semua ini memang benar
adanya.Kini matahariku telah menjelma senja yang sebelumnya selalu menjadi
fajar untukku.
“Allah…” bibirku bergeming dan
memminta kekukatan pada-Nya.Dan akhirnya aku merasa lebih kuat dari
sebelumnya.Setelah hujan menjadi gerimis di mataku, aku dengan lirih mencoba
berkata padanya.
“Jika boleh tahu, siapa wanita beruntung
itu?”
“Sudahlah… tanpa ku katakan hal itu kuyakin
kau sudah mengerti siapa yang ku maksud”
“Apriel kah?” tanyaku ragu.
“hem… iya, maafkan aku, bukan
maksudku untuk menyakitimu seperti ini,
dan tolong jangan membencinya sebab aku mencintainya”.
Tuhan… dia mencintai sahabatku,
orang yang sebelumnya kupercaya menjadi tempat curahan hatiku tentangku dan
mentari.Namun aku mencoba tegar menerima realita yang tak sesuai harapan, walau
pada nyatanya hati menjerit perih… mengapa haruslah dia?... sahabatku sendiri.
Sahabatku satu-satunya.
“Ya, aku tak mengapa meski kau mencintanya,
dan telah melupakan aku yang mencintamu. Tak perlu kau katakan maaf, sebab ini
bukan kesalahanmu , bukan salahku, dan bukan salahnya pula. Ini bukan salah
siapa-siapa.Ini sudah takdir Tuhan, dan Tuhanlah yang menganugerahkan rasa
dihatimu untuknya, bukan untukku.Kita hanyalah wayang dan Tuhanlah
dalangnya.Dan tak perlu khawatir akanku membencinya, sebab itu tak mungkin
kulakukan”.
“ Terimakasih, dan maaf aku harus
pergi dari hidupmu”. Ia berlalu dari hadapanku, tanpa kata selamat tinggal,
atau hanya sekedar melambaikan tangan tuk isyarat perpisahan. Ia tetap dengan
sikapnya yang easy going, dan tak pernah mengerti akan luka baru yang ia
torehkan di lubuk hatiku yang terdalam. Luka yang membuat mala di jantungku
kembali menganga, perih….
Khaier
el-syaf
Tanggal
yang sama, 11:23
Mentari mulai merangkak, sinarnya
mulai terasa menyengat di tubuhku.Sementara serbuan angin di atas sepeda yang
ku bawa membelai tubuhku mesra.Ya, saat ini aku sedang menuju rumah Apriel
untuk sekedar basa-basi seperti biasa. Dan mungkin… nanti aku akan sedikit
menyinggung tentang semua luka itu padanya. Tanpa terasa aku telah sampai di
depan rumah yang sudah tak asing lagi ku pijaki. Ya, ku sudah tiba di rumah
Apriel saat ini.Tampak dari arah tempat parkir sepedaku ibu Apriel tengah asyik
bergurau dengan anak kecil, mungkin itu cucunya, anak dari kakak Apriel yang
baru lahir sebulan yang lalu.
“Assalamualaikum…”
“Waalaikum salam…” jawab ibu Apriel
dengan senyum di bibirnya sebab kedatanganku.Segera aku menghampiri beliau dan mencium
kedua tangannya.
“Langsung kedalam saja, Apriel ada
di dalam, dia tak keluar rumah sama sekali dari tadi, mungkin tidur di
kamarnya”.
“Ya, bu. Makasih” segera aku menuju
kamar Apriel. Dan… tok….tok…tok…
“Apriel…” panggilku sambil
mendekatkan telinga ke daun pintu.
“Kamu ngel? Ayo masuk…!
“Ia nich…. Ku borring di
rumah, sendiri lagi.Jadinya kesini dech”.
“Priel, ku mau ngomong serius nich
sama kamu” dengan wajahku yang serius.
“Tumben nich mau ngomong serius?
Biasanya juaga cengar-cengir melulu”
“Ya, untuk kali ini aku benar –benar serius!” aku menatap matanya
dalam-dalam. “ Kapan matahari mengatakan perasaannya padamu? sudah… tak usah
kaget begitu, aku tak mengapa kok, aku hanya ingin dengar pernyataan kejujuran
itu darimu, kau ini sahabatku, aku mengenalmu jauh sebelum aku mengenalnya. Aku
tak mengapa, katakan saja”
“A.. a.. a.. apa maksud kamu?”
“Sudahlah… katakan padaku yang
sejujurnya, aku setuju jika pada akhirnya kau memang bersama dengannya.”
“3 hari yang lalu ngel.Maafkan aku,
bukan maksudku untuk merebutnya darimu, aku juga tak mengerti mengapa dia
mengatakan hal itu padaku, kau tenang saja, aku tidak mungkin bersamanya, kau
ini sahabatku, jadi sangat tidak mungkin aku bersamanya”.
“Priel… kamu apa-apaan sich..?
udahlah… mungkin dia memang belum jodohku, santai aja lagi, selamanya kau tetap
sahabatku, aku tak mau hanya karena hal yang tidak penting ini kita renggang.
Sudahlah… aku setuju kok jika kau bersamanya. Dia lelaki yamg cerdas lo”
“Ngel… kau terlalu baik untuk dia
sakiti…”
“Agh… sudahlah… ya udah, ku pulang
dulu ya”.
Aku berlalu dari hadapannya begitu
saja, membawa sejuta rasa kecewa dan luka yang begitu mendalam, “3 hari yang
lalu ngel” kata itu selalu terulang di benakku.3 hari yang lalu! Itu berarti
matahari telah mengatakan persaannya terlebih dahulu pada Apriel sebelum
akhirnya jujur padaku. Huh… aku telah lelah dengan semua ini, entah ini luka
dan kecewa yang keberapa kali yang ia cipta di jantungku. Aku telah lelah
Tuhan….
Khaier
el-syaf
On August, 15th
2011, 14:30
I
always needed time on my own, I never though I’d
Need
you there when I cry And the days feel like years when I’m alone
And
the bad when you lie is made up on your side
When
you walk a way I count the steps that you tajt
When
you’re gone the peaces of my heart are missing you
When
you’re gone the face I came to know is missing too
When
you’re gone the word I need to hear,
to
always get me trough the day… and make
it ok….
I
miss you….2
1
message recceived, > sun’s elder brother> open>
Mungkin
ini kabar kelabu bagimu diek, maafkan atas segala luka yang ia cipta di hatimu,
kau tahu? Mereka telah telah resmi bertunangan hari ini. Kau yang sabar saja,
selamanya aku tetap kakakmu meski kau sudah tidak bersama adiekku lagi. Tetap
tegar.Dan jadilah karang.
Lagi –lagi aku tak mampu membendung
hujan yang mengalir di pipiku. Dan mengapa mereka begitu tega melakukan hal ini
padaku?, aku sakit… perih… luka itu semakin membengkak di jantungku, dan
sekarang mereka telah menyirami lukaku dengan air cuka… agh…. Tapi sudahlah…
aku harus belajar menerima luka saat realita tak sesuai dengan harapanku, dan
benar memang kata guru menulisku,”hidup adalah belajar menerima dan selalu
terluka”. Dan aku harus menerima akan luka itu dan selalu tersenyum saat
kenyataan tak sesuai harapan.
Khaier
el-syaf
On
September,27th 2011, 15:45
Untuk
kalian : orang yang sempat berarti di
hidupku
Dariku :yang begitu terluka
Untukmu
matahariku,
Terima
kasih kau telah menanam bunga di rumahku, walau pada akhirnya musim gugur
memusnahkannya.
Terimakasih
telah mencipta sejarah meski tak sempat terbenah keseluruhan.
Dan
terimakasih atas semua penghianatan ini, kau telah mengajariku luka dan
penghianatan.
Semoga
kau tak mengulangi hal terbodoh ini padanya (sahabatku), karena ku tahu dia
kini benar-benar mencintaimu seutuhnya.
Untukmu
sahabatku,
Terimakasih
kau menerimanya sebagai kekasihmu meski sebenarnya kau telah tahu bahwa aku
sangat mencintainya,
Terimakasih
kau telah menjadi sahabatku meski hanya sesaat,
Terimakasih
kau telah membahagiakan dia yang ku cinta, semoga esok menoleh padaku saat ada
perempuan lain yang ingin membahagiakan orang yang kau cinta,
Selamanya
kau tetap sahabatku, walau keadaannya telah berbeda dari sebelumnya. Ku tahu
kau mencintainya, bahkan sangat… jadi, tak perlu hiraukan aku sebab peristiwa
lalu,
Selamat!
Kau adalah orang pertama yang menyakitiku begitu mendalam.
Kututup
dokumen kecil ditanganku, setelah aku benar-benar merasa lega dari sebelumnya.
THE
END
Guluk-guluk,
on september, 27th 2011
Perempuan
yang terluka, sebab matahari menjelma senja
Aktivis
komunitas PERSI dan Sanggar Sareyang MASA Putri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar