Sabtu, 28 Januari 2012

SANGSAI DI UJUNG SENJA



Ummul khaier el-shaf*

Rangkaian kisahku dalam selembar luka[1]
Senja kembali menari di mataku.Melahirkan malam dan mendung yang tak berkesudahan.
On August 7th, 2011 07:45 WIB
            Pagi itu, aku masih mampu mendengar suaranya.Suara yang selalu ciptakan kerinduan di hatiku.Suara yang sudah tak asing lagi ku dengar. Suara itu. Suaranya yang ku puja. Suara lelaki yang mengaku dirinya matahari, dan memang matahari bagiku. Tapi semua itu dulu, sebelum akhirnya ia datang membawa senja kehadapanku, dan menyatakan sempurna tenggelam pagi itu. Semua masih segar dalam ingatanku, dan terekam jelas dalam memoryku.
            “Angel, maafkan aku, mungkin hubungan kita cukup sampai disini”. Deg… dadaku sesak! Terasa sangat perih… kata-katanya begitu tajam dan meruntuhkan sendi-sendi kekuatanku. Aku tak mengerti mengapa tiba-tiba ia berkata pedas padaku. Entah syetan apa yang telah membiusnya hingga kata yang tak ku inginkan ia lafalkan begitu sempurna.
            “Maksud kamu apa?” tanyaku bingung.
            “Ya, aku takut menyakitimu lebih dari ini, karena rasa itu baru hadir”
            “Aku benar-benar nggak ngerti, tolong jangan buat aku bingung seperti ini, tolong katakan padaku kau hanya bercanda saja”
            “Nggak! Sekarang aku serius, aku takut menyakitimu lebih dalam lagi”
            “Sudah!Katakan padaku apa yang sesungguhnya, jangan membuatku bingung seperti ini” kataku serius.
            “Dulu, sebelum kita memperbaiki semuanya, aku mengenal sahabatmu. Dan aku mulai menaruh rasa padanya, entah itu rasa apa, namun, setelah kita menjalani semuanya, aku baru menyadari, bahwa sebenarnya aku mulai menyukainya. Jadi, lebih baik aku jujur sama kamu, dari pada aku semakin membuatmu sakit lebih dari pada ini,.Aku benar-benar minta maaf, aku tak mampu menafikan perasaan ini, dan akupun tak sanggup membohongi rasaku sendiri.Dan sekarang semuanya terserah kamu”.
            Hujan deras tiba-tiba membanjiri pipiku, tubuhku menggigil gemetar, ada sakit dan perih yang menusuk-nusuk jantungku.Racun menjalar keseluruh tubuhku.Awalnya ku kira semua ini hanya mimpi di siang bolong, hingga kupukul-pukul diriku sendiri tuk memestikan ini benar reaalita atau bukan.Namun ternyata ku salah, semua ini memang benar adanya.Kini matahariku telah menjelma senja yang sebelumnya selalu menjadi fajar untukku.
            “Allah…” bibirku bergeming dan memminta kekukatan pada-Nya.Dan akhirnya aku merasa lebih kuat dari sebelumnya.Setelah hujan menjadi gerimis di mataku, aku dengan lirih mencoba berkata padanya.
            “Jika boleh tahu, siapa wanita beruntung itu?”
             “Sudahlah… tanpa ku katakan hal itu kuyakin kau sudah mengerti siapa yang ku maksud”
            “Apriel kah?” tanyaku ragu.
            “hem… iya, maafkan aku, bukan maksudku untuk menyakitimu seperti ini,  dan tolong jangan membencinya sebab aku mencintainya”.
            Tuhan… dia mencintai sahabatku, orang yang sebelumnya kupercaya menjadi tempat curahan hatiku tentangku dan mentari.Namun aku mencoba tegar menerima realita yang tak sesuai harapan, walau pada nyatanya hati menjerit perih… mengapa haruslah dia?... sahabatku sendiri. Sahabatku satu-satunya.
            “Ya, aku tak mengapa meski kau mencintanya, dan telah melupakan aku yang mencintamu. Tak perlu kau katakan maaf, sebab ini bukan kesalahanmu , bukan salahku, dan bukan salahnya pula. Ini bukan salah siapa-siapa.Ini sudah takdir Tuhan, dan Tuhanlah yang menganugerahkan rasa dihatimu untuknya, bukan untukku.Kita hanyalah wayang dan Tuhanlah dalangnya.Dan tak perlu khawatir akanku membencinya, sebab itu tak mungkin kulakukan”.
            “ Terimakasih, dan maaf aku harus pergi dari hidupmu”. Ia berlalu dari hadapanku, tanpa kata selamat tinggal, atau hanya sekedar melambaikan tangan tuk isyarat perpisahan. Ia tetap dengan sikapnya yang easy going, dan tak pernah mengerti akan luka baru yang ia torehkan di lubuk hatiku yang terdalam. Luka yang membuat mala di jantungku kembali menganga, perih….
Khaier el-syaf
Tanggal yang sama, 11:23
            Mentari mulai merangkak, sinarnya mulai terasa menyengat di tubuhku.Sementara serbuan angin di atas sepeda yang ku bawa membelai tubuhku mesra.Ya, saat ini aku sedang menuju rumah Apriel untuk sekedar basa-basi seperti biasa. Dan mungkin… nanti aku akan sedikit menyinggung tentang semua luka itu padanya. Tanpa terasa aku telah sampai di depan rumah yang sudah tak asing lagi ku pijaki. Ya, ku sudah tiba di rumah Apriel saat ini.Tampak dari arah tempat parkir sepedaku ibu Apriel tengah asyik bergurau dengan anak kecil, mungkin itu cucunya, anak dari kakak Apriel yang baru lahir sebulan yang lalu.
            “Assalamualaikum…”
            “Waalaikum salam…” jawab ibu Apriel dengan senyum di bibirnya sebab kedatanganku.Segera aku menghampiri beliau dan mencium kedua tangannya.
            “Langsung kedalam saja, Apriel ada di dalam, dia tak keluar rumah sama sekali dari tadi, mungkin tidur di kamarnya”.
            “Ya, bu. Makasih” segera aku menuju kamar Apriel. Dan… tok….tok…tok…
            “Apriel…” panggilku sambil mendekatkan telinga ke daun pintu.
            “Kamu ngel? Ayo masuk…!
            “Ia nich…. Ku borring di rumah, sendiri lagi.Jadinya kesini dech”.
            “Priel, ku mau ngomong serius nich sama kamu” dengan wajahku yang serius.
            “Tumben nich mau ngomong serius? Biasanya juaga cengar-cengir melulu”
            “Ya, untuk kali ini aku  benar –benar serius!” aku menatap matanya dalam-dalam. “ Kapan matahari mengatakan perasaannya padamu? sudah… tak usah kaget begitu, aku tak mengapa kok, aku hanya ingin dengar pernyataan kejujuran itu darimu, kau ini sahabatku, aku mengenalmu jauh sebelum aku mengenalnya. Aku tak mengapa, katakan saja”
            “A.. a.. a.. apa maksud kamu?”
            “Sudahlah… katakan padaku yang sejujurnya, aku setuju jika pada akhirnya kau memang bersama dengannya.”
            “3 hari yang lalu ngel.Maafkan aku, bukan maksudku untuk merebutnya darimu, aku juga tak mengerti mengapa dia mengatakan hal itu padaku, kau tenang saja, aku tidak mungkin bersamanya, kau ini sahabatku, jadi sangat tidak mungkin aku bersamanya”.
            “Priel… kamu apa-apaan sich..? udahlah… mungkin dia memang belum jodohku, santai aja lagi, selamanya kau tetap sahabatku, aku tak mau hanya karena hal yang tidak penting ini kita renggang. Sudahlah… aku setuju kok jika kau bersamanya. Dia lelaki yamg cerdas lo”
            “Ngel… kau terlalu baik untuk dia sakiti…”
            “Agh… sudahlah… ya udah, ku pulang dulu ya”.
            Aku berlalu dari hadapannya begitu saja, membawa sejuta rasa kecewa dan luka yang begitu mendalam, “3 hari yang lalu ngel” kata itu selalu terulang di benakku.3 hari yang lalu! Itu berarti matahari telah mengatakan persaannya terlebih dahulu pada Apriel sebelum akhirnya jujur padaku. Huh… aku telah lelah dengan semua ini, entah ini luka dan kecewa yang keberapa kali yang ia cipta di jantungku. Aku telah lelah Tuhan….
Khaier el-syaf
On August, 15th 2011, 14:30
I always needed time on my own, I never though I’d
Need you there when I cry And the days feel like years when I’m alone
And the bad when you lie is made up on your side
When you walk a way I count the steps that you tajt
Do you see how much I need you right now
When you’re gone the peaces of my heart are missing you
When you’re gone the face I came to know is missing too
When you’re gone the word I need to hear,
to always get me trough the day…  and make it ok….
I miss you….2
1 message recceived, > sun’s elder brother> open>
Mungkin ini kabar kelabu bagimu diek, maafkan atas segala luka yang ia cipta di hatimu, kau tahu? Mereka telah telah resmi bertunangan hari ini. Kau yang sabar saja, selamanya aku tetap kakakmu meski kau sudah tidak bersama adiekku lagi. Tetap tegar.Dan jadilah karang.
            Lagi –lagi aku tak mampu membendung hujan yang mengalir di pipiku. Dan mengapa mereka begitu tega melakukan hal ini padaku?, aku sakit… perih… luka itu semakin membengkak di jantungku, dan sekarang mereka telah menyirami lukaku dengan air cuka… agh…. Tapi sudahlah… aku harus belajar menerima luka saat realita tak sesuai dengan harapanku, dan benar memang kata guru menulisku,”hidup adalah belajar menerima dan selalu terluka”. Dan aku harus menerima akan luka itu dan selalu tersenyum saat kenyataan tak sesuai harapan.
Khaier el-syaf
On September,27th 2011, 15:45
Untuk kalian    : orang yang sempat berarti di hidupku
Dariku             :yang begitu terluka

Untukmu matahariku,
Terima kasih kau telah menanam bunga di rumahku, walau pada akhirnya musim gugur memusnahkannya.
Terimakasih telah mencipta sejarah meski tak sempat terbenah keseluruhan.
Dan terimakasih atas semua penghianatan ini, kau telah mengajariku luka dan penghianatan.
Semoga kau tak mengulangi hal terbodoh ini padanya (sahabatku), karena ku tahu dia kini benar-benar mencintaimu seutuhnya.
Untukmu sahabatku,
Terimakasih kau menerimanya sebagai kekasihmu meski sebenarnya kau telah tahu bahwa aku sangat mencintainya,
Terimakasih kau telah menjadi sahabatku meski hanya sesaat,
Terimakasih kau telah membahagiakan dia yang ku cinta, semoga esok menoleh padaku saat ada perempuan lain yang ingin membahagiakan orang yang kau cinta,
Selamanya kau tetap sahabatku, walau keadaannya telah berbeda dari sebelumnya. Ku tahu kau mencintainya, bahkan sangat… jadi, tak perlu hiraukan aku sebab peristiwa lalu,
Selamat! Kau adalah orang pertama yang menyakitiku begitu mendalam.
Kututup dokumen kecil ditanganku, setelah aku benar-benar merasa lega dari sebelumnya.
THE END



Guluk-guluk, on september, 27th 2011
Perempuan yang terluka, sebab matahari menjelma senja
Aktivis komunitas PERSI dan Sanggar Sareyang MASA Putri


[1] Oretan Zaraifi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar