Selasa, 16 Maret 2010

Biola

OLEH: Miem’s, XI IPS 2

11 Mei 2009
Di bawah redup malam, diatas karpet hijau kulantunkan cerita, kisah, jiwa, namanya Alia Ramadhani gadis biola yang sering kulihat di taman, dia memainkannya dengan begitu indah dan menyentuh, sayangnya usianya 12 tahun dia mengalami panas yang begitu hebat sampai-sampai merenggut kedua matanya. Berbeda dengan tuna netra lainnya dia begitu hafal jalan pulang tak pernah kesasar, tak seperti gadis buta yang malang, ayahnya hanya seorang sopir sehingga takkan bisa membawanya ke sekolah khusus, dan ibunya telah pergi jauh ketika dia di lahirkan,ya… hanya biola itu yang menjadi taman bermain sekaligus bercerita dan bayangkan betapa sedih dan hancurnya dia ketika ban-ban mobil menghancurkan biolanya, berhari-hari dia tak makan dan tak tidur dia hanya termenung di taman dan tiba-tiba seorang bertubuh mungil dengan paras yang menawan menghampirinya, pria itu mengajaknya bicara, bercanda, membawanya pada hari yang indah, entah siapa dia, sampai beberapa hari dia keluar dari mobil yang setiap harinya di kendarai oleh bapak mukhlis, ayah Alia.
“hai biola, masih memikirkan biolamu yang hancur?” alia mengamati asal suara itu.
”Alfan? Take working hard to forget it, aku terlnjur menyerahkan jiwaku padanya dan…”, Alia menggantungkan kalimatnya, Alfan mengangkat alis dan tersenyum.
“ hei tunggu kau tadi panggil aku apa?”
”Biola, nggak jelek kan?” alia tertawa mendengarnya, sebelumnya tak pernah ada satu orangpun yang memanggilnya seperti itu ya... kecuali Alfino Rahardia musuh bebuyutannya waktu SD.
Alfan mengeluarkan kotak berukuran selutut dari punggungnya dan dengan gerakan tangannya dia alihkan pada Alia, Alia tersentak.
” tak ada salahnya kan kalau ku tolak?” Alia ragu untuk menerimanya karena selama ini tak pernah ada yang berbaik hati padanya.
” boleh sih, tapi alangkah baiknya kalau kau memainkannya”,ucap Alfan setengah bercanda.
Pangeran kecil yang sangat baik itu yang tergambar dihati Alia selamanya, tapi di balik punggung Alia dia merupakan laki-laki tanpa tujuan, night club tempat favoritnya sebeluma dia kenal Alia dan permainan biolanya.
”Gadis itu beda ndre, dia lugu, polos, ku bisa rasakan itu dari caranya melantunkan biolanya”,Alfan berusaha menjelaskan Alia pada temannya, Andre. Setelah 12 tahun berlalu.
” jadi, playboy kita udah tunduk nich?”
”yach, should be, but one world I felt that I know her that was long before I knew me, my self”.
Sebesar itukah rasa kagumnya pada Alia? Pertanyaan yang sulit di jangkau dengan kata, dan ternyata melebihi kata yang terlalu indah untuk Alia.
Keluarga bapak Rachat Sugianto begitu terpukul mendengarnya, apalagi ketika alfan tnpa banyak tanya menolak perjodohannya dengan Rachel, hal itu bukan hanya menjadu luka hati tapi juga dendam yang membara, beberapahari setelah acara itu gadis pemain biola itu tak lagi terlihat di taman, entah kemana dia yang terlihat hanya alfan yang menyangga dagunya.
”kemana dia?” batin Alfan gelisah, 2 ,3 ,4, tahun telah berlalu kini Alfan bukan lagi anak ingusan yang yang bisa seenaknnya saja diatur, dia merupakan pria matang yang gagah dan istimewa. Tapi dasar Alfan dia tetap saja tak rela mengganti titlenya dari lelaki perkasa.
Putus asa, kata yang pantas ditunjukkan pada Alfan. Sore itu dia seperti biasa menanti dan menanti. Setelah kejadian beberapa tahun yang lalu bapak mukhlis tak terlihat. Apa mungkin Alia dibawanya pergi? Bisa saja, tapi kemana? Alfam mulai menanyai satu persatu pada tetangga Alia tak ada satupun yang tahu di tempat yang lain jiwa Alfan gelap.
” kenapa? Masih memikirkan gadis biolamu?”
” dia pasti sudah dsangat berbeda, dengan rambut sebahu, kulit kuning langsat, dan...”. mimpi, hanya itu yang bisa dia raih. Tanpa bintang dihati.
Pagi itu, kembali Alfan membaringkan hatinya ditaman pershabatan gadis dengan rambut sebahu tersenyum dengan begitu manis. Dia Melodi, gadis yang di tunangkan dengannya, Alfan tak pernah menginginkan itu karena di hatinya masih ada irama biola. Melodi terlalu baik untuk disakiti.
“Menyerah saja, kau takkan bisa ada di hatiku”, ucap Alfan sombong.
Dia memamerkan sederet alkohol dan menantang Melodi, jauh dari apa yang Alfan fikir Melodi menerimanya, sungguh gadis yang tak pernah menyerah ,batin Alfan.dengan penuh kesabaran Melodi menerima seluruh perm,intaaan gila Alfan membuat Alfan tak bisa menjauh.
Suatu sore yang indah Melodi mengalunkan sebuah lirik yang indah dari biolanya. Alfan sudah berdiri ndi depannya kontan Melodi menghentikan permainannya, bagi Alfan suara biola itu adalah suara masa kecil yang membuatnya terluka.
”Dulu aku mengenal seorang pria, dia sangat baik,perhatian, setia kaliku mengigatnya ku selalu ingin memainkan biola ini karena dengan memainkannya aku merasa dia selalu disampingku, aku merasa mendengar suaranya dan aku bicara padanya”. Alfan menyungginngkan senyumnya, kenapa hatinya perih?
”Tapi sepertinya itu percuma, dia tak mungkin mengingatku dia sudah punya gadis lain”. Dengan keras Melodi melempar biolaitu ketengah kolam air pancuran taman. Alfan mengangkat alisnya,dengan cepat dia terjun mengikuti biola itu dan mengambilnya.
”Hey, kamu sudah gila? Kau bilang dia sangat berarti dan biola ini adalh hidupmu, jangan hanya karena dia tak berarti kau membuat hidupmua juga tak berarti” ucap alfan setelah dia berdiri di depan Melodi, Melodi tertunduk air matanya menetes satu persatu. Alfan meraih Melodi dalam pelukannya...
Tak selamanya hal yang berarti akan menghiasi hidupmu, tapi yang pasti hidup akan selalu berarti untuk dihiasi , hal yng bisa kuingat dari sekian banyak bahasa pada biola itu, dan tanpa ia sadari hati hancur Alfan telah kembali keposis semula dan biola yang ada di dalamnya di hiasi dengan indah, penampilan Melodi akan mengiri kami pada malam tahun baru. Untuk Alfan ini adalah perayaan yang hambar tanpa Biola, entah mengapa dia mengharapkan Biola hadir malam ini.
’suasana begitu membosankan ’,batin Alfan, dia memutuskan untuk beranjak dan ketika suaraitu menghentika dia pergi.
”lagu yang berati untuk orang yang berarti BUKAN CINTA BIASA BY AFGAN untuknya”. Melodi memainkan dengan begitu indah mengingitkan pada sekep[ing memory.
”kau inginlagu apa?” si gadis biola itu bertanya. Dengan begitu polos Alfan kecil menuntunkan pada satu lagu yang sangat melekat dalam jiwanya, BUKAN CINTA BIASA BY AFGAN dengan irama yang begitu mempesona biola memainkannya, syahdu...
Senyum manis terukir di bibir alfan dan Melodi membalasnya.


Guluk-guluk,13desember 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar