Oleh: Faiq Khairani Aisyah, XI IPA
Hari masih pagi, dinginpun masih terasa menyayat tulang. Rasa malas memang selalu hinggap, namun itu bukan alasan untuk membuatnya berdiam di rumah. Meski mentari belum sepenuhnya tampak, ia segera bergegas menuju MA 1 Annuqayah Putri yang tak jauh dari tempat diamana dia tinggal. Dengan berjalan kaki ia mengarungi sepanjang jalan dengan keyakinan masa depan. Pengalam hidup membuatnya semakin mantap dalam melangkah., Janji untuk tidak menyerah pada hidup telah dipahatnya sejak lama.
Pagi ini menunjukkan pukul 05.00 WIB, suasana di MA 1 A Pi masih sepi dan lengang. Hanya ada rumput-rumput yang memang sengaja ditanam di halaman sekolah dan bangunannya yang berbentuk huruf U menghadap utara. Belum algi sampah-sampah sisa kemarin sore dan daun-daun kering yang berguguran. Seolah tak ingin membuang waktu, tangannnya langsup hinggap pada sebuah sapu, mengayunkannya pada sampah-sampah yang berserakan di halaman. Langkahnya mengarahkan sampah-sampah itu ke tempat dimana mereka seharusnya berada, yaitu tempat sampah. Sesekali tangannya terulur, memungut sampah yang bandel tak mau mengikuti ayunan sapunya.
Ia memang tak sendirian dalam mengerjakan tugasnya, bersama teman seprofesinya ia mengerjakan segala tugasya mulai dari menyapu halam MA 1 A Pi, membuka pintu semua kelas dan sebagainya.. Sosok ini tidak akan asing bagi siswa-siswa MA 1 A Pi,ya dialah orang yang biasa disapa Pak Qasim, seseorang yang bisa disebut tukang kebun, bahkan tak dapat dipungkiri dia telah menjadi bagian dari dari kita, bagian dari sekolah ini. Karena dialah pahlawan kebersihan, ia selalu mengerjakan tugasnya dengan baik terutama membuat sekolah kita tetap bersih dari segala macam sampah.
Seorang yang berasal dari desa Payudan Daleman dusun Alinan, tinggal di daerah pesantren puluhan lamanya. Selama 23 tahun tinggal di daerah Lubangsa Selatan ikut membantu pekerjaan disana. Setelah itu, ia tinggal di sebuah rumah sederhana, di belakang STIKA Putri. Kemudian, ia diminta untuk bekerja di MA 1 Annuqayah Putri oleh K. Kurdi, Kepala MA 1 Annuqayah Putri sebelum K.Naqib hingga saat ini, Membuatnya belajar membiasakan hidup ikhlas dan apa adanya.
Hidup sederhana tidak membuatnya jenuh ataupun berontak pada keadaaan, justru itu membuatnya semakin mantap dalam menjalani hidupnya. Baginya hidup sepeti hujan,
”Semua akan kembali pada asalnya, jadi jalani saja seperti biasanya” tuturnya dengan senyuman yang begitu ramah. Baginya pekerjaan yang ia lakoni sekarang, bukan hanya sekedar kewajiabn.
”Ini sudah menjadi bagian dari hidup saya”ujarnya, ketik saya menanyakan kenapa dia begitu menikmati tugasnya. Mengingat semua orang pasti selalu menginginkan yang terbaik bagi hidupnya.
”Mungkin ini sudah menjadi suratan takdir dariYang Diatas”lanjutnya dikuti tawa yang lepas.
Hidup memang tak selamanya seperti yang kita inginkan, namun kesabaran merupakan patokan utama dalam menjalani hidup.
”Jangan hanya selalu mencari orang yang bagaimanapun dia bisa bermanfaat atau bisa dimanfaatkan, tapi usahakanlah bagaimana caranya kita bermanfaat bagi orang lain di sekitar kita” pesannya.
Jumat, 28 Agustus 2009
Senin, 17 Agustus 2009
PASKA PERSIAPAN HUT, OSIS MA-MTs PERERAT UKHUWAH
Seperti tahun-tahun sebelumnya, siswi MA 1 Annuqayah Putri juga ikut memeriahkan HUT kemerdekaan RI dengan kegiatan upacara yang telah menjadi program tahunan Osis MA I Annuqayah Putri. Karena keterbatasan tempat, maka upacara kali ini ditempatkan di halaman MTs I Annuqayah Putri yang bekerja sama dengan Osis MTs 1 Annuqayah Putri. Eliza Umami, wakil sekretaris OSIS MA 1 Annuqayah Putri metuturkan, " siswi MA I Annuqayah Putri yang berjumlah kurang lebih 700 siswi, tidak memungkinkan untuk menyelenggarakan upacara HUT kemerdekaan RI di halaman MA I Annuqayah Putri."
Dari penggabungan pelaksanaan ini, tidak hanya petugas upacara yang sibuk mempersiapkan upacara HUT kemerdekaan RI, tapi juga melibatkan seluruh siswi dalam kerjabakti di halaman MTs 1 Annuqayah Putri yang akan dijadikan tempat upacara HUT kemerdekaan RI 17 Agustus yang ke -63.
Dengan semangat 45, siswi MA 1 Annuqayah Putri membersihkan halaman MTs 1 Annuqayah Putri. "Saya tetap bersemangat melakukan bersih-bersih di sini. Karena dengan kerja bakti ini saya bisa merasakan kerjasama yang baik dan kekompakan seluruh siswi MA I Annuqayah Putri." Ungkap Wasilatur Aini, siswi kelas XI IPS-2. Tapi, tak jarang dari mereka mengaku letih dan gerah. Bahkan beberapa siswi terlihat hanya duduk-duduk. "Kami duduk karena sudah cape`. Sudah bekerja dari tadi". Tutur Fat R Lain lagi dengan yang diungkapkan oleh Mutiatul Khoiriyah. "Kerja baktinya mendadak. Jadi kami baru datang. Bukannya nggak mau bekerja".
Walaupun terdapat sebagian siswi dari MA 1 Annuqayah Putri yang hanya duduk-duduk, tidak turut berpartisipasi membersihkan halaman MTs 1 Annuqayah Putri, tapi dengan semangat yang tertanam dalam diri siswi MA 1 Annuqayah Putri akhirnya halaman MTs 1 Annuqayah Putri bersih dari sampah dan bebatuan yang mengganggu.
Sabtu, 15 Agustus 2009
SISWA MA 1 APi SAMBUT HUT DENGAN SEMANGAT BERKARYA
Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menyambut HUT RI ke-63 kemerdekaan. Salah satunya adalah yang lakukan oleh pengurus OSIS MA 1 Annuqayah Putri. mereka melenggarakan beberapa lomba, khususnya pada bidang kebersihan dan keindahan. Diantaranya adalah lomba hias kelas, kliping dan mading kelas.
Lomba-lomba tersebut banyak menyita waktu siswa MA 1 Annuqayah Putri. bahkan, pada jam pulang, banyak dari mereka, khususnya pengurus kelas, terlihat masih berada di sekolah untuk menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan lomba-lomba tersebut.
Selain itu, juga ada lomba yang lebih mengarah pada bakat personal sisiwi MA 1 Annuqayah Putri dalam karang-mengarang fiksi, khususnya cerpen. Lomba mengarang cerpen dengan tema Indonesia Dan Patriotisme Remaja ini diikuti oleh satu orang dari tiap kelas sebagai delegasi kelas masing-masing.
Lomba-lomba tersebut banyak menyita waktu siswa MA 1 Annuqayah Putri. bahkan, pada jam pulang, banyak dari mereka, khususnya pengurus kelas, terlihat masih berada di sekolah untuk menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan lomba-lomba tersebut.
Selain itu, juga ada lomba yang lebih mengarah pada bakat personal sisiwi MA 1 Annuqayah Putri dalam karang-mengarang fiksi, khususnya cerpen. Lomba mengarang cerpen dengan tema Indonesia Dan Patriotisme Remaja ini diikuti oleh satu orang dari tiap kelas sebagai delegasi kelas masing-masing.
Jumat, 07 Agustus 2009
MEMULUNG SAMPAH SEBAGAI ALTERNATIF
Oleh: Farihah Zurni, XI IPA
Matahari belum sempurna menyemburkan sinarnya pada cakrawala, ketika tangan keriputnya mengais-ngais tumpukan sampah yang ada di gerobak Jari-jarinya kokoh memegang ranting kering yang diayunkan kesana-kemari, seolah-olah tak ingin ranting itu lepas. Tangan kirinya menenteng kantong plastik bewarna hitam yang penuh sampah. Kakinya terlapis sandal Skyway yang terpijak ke tanah. Berdirinya tak lagi tegak, digerus usia yang semakin renta. Kurang lebih 75 tahun yang lalu dia terlahir ke dunia ini.
”Ibu sudah tak dapat mendengar dengan jelas, nak!” serunya saat aku menyapanya. Wajah keriputnya terangkat. Matanya menyipit mencoba memperjelas tatapannya yang mulai rabun. Tangannya berhenti mengais.
”Nama ibu, Ena. Ibu punya anak satu, namanya Sey!”katanya, saat aku menayakan namanya. Tangannya lihai mengais-ngais sampah dan memasukkannya ke kantong plastik. Bu Ena bekerja menjadi pemulung sampah sudah kurang lebih dua tahun. Dia menjadi pemulung karena dia sudah tak mapu lagi bertani. Sebagai alternatif dia memilih menjadi pemulung sampah di sekitar pondok pesantren Annuqayah, karena rumahnya juga dekat dengan pondok pesantren Annuqayah.
”Ibu tidak hanya mencari sampah disini, tapi juga di santri putra”tambahnya. Tangannya semakin cepat mengais-ngais sampah yang baru dituangkan oleh seorang santri putri. Dia mulai bercerita bahwa pada awal-awal mencari sampah dua kali sampah yang dia kumpulkan berakhir di tempat pembakaran karena tidak ada pembeli sampah yang berkeliling. Namun dia tidak putus asa; dia tetap mencari sampah lagi hingga sekarang dia sekarang mempunyai pembeli tetap yang datang kurang lebih satu minggu sekali. Sampah yang didapat setiap hari dikumpulkan dan dijemur sebelum dijual pada pembelinya. Setelah datang pembeli, biasanya sampah yang sudah dikumpulkan itu ditimbang, kalau sampahnya terdiri dari kertas biasanya dibeli dengan harga Rp. 1.500 /Kg.
”Lumayan buat pendapatan, agar tidak numpang terus pada anak!”imbuhnya sambil tersenyum.
Matahari belum sempurna menyemburkan sinarnya pada cakrawala, ketika tangan keriputnya mengais-ngais tumpukan sampah yang ada di gerobak Jari-jarinya kokoh memegang ranting kering yang diayunkan kesana-kemari, seolah-olah tak ingin ranting itu lepas. Tangan kirinya menenteng kantong plastik bewarna hitam yang penuh sampah. Kakinya terlapis sandal Skyway yang terpijak ke tanah. Berdirinya tak lagi tegak, digerus usia yang semakin renta. Kurang lebih 75 tahun yang lalu dia terlahir ke dunia ini.
”Ibu sudah tak dapat mendengar dengan jelas, nak!” serunya saat aku menyapanya. Wajah keriputnya terangkat. Matanya menyipit mencoba memperjelas tatapannya yang mulai rabun. Tangannya berhenti mengais.
”Nama ibu, Ena. Ibu punya anak satu, namanya Sey!”katanya, saat aku menayakan namanya. Tangannya lihai mengais-ngais sampah dan memasukkannya ke kantong plastik. Bu Ena bekerja menjadi pemulung sampah sudah kurang lebih dua tahun. Dia menjadi pemulung karena dia sudah tak mapu lagi bertani. Sebagai alternatif dia memilih menjadi pemulung sampah di sekitar pondok pesantren Annuqayah, karena rumahnya juga dekat dengan pondok pesantren Annuqayah.
”Ibu tidak hanya mencari sampah disini, tapi juga di santri putra”tambahnya. Tangannya semakin cepat mengais-ngais sampah yang baru dituangkan oleh seorang santri putri. Dia mulai bercerita bahwa pada awal-awal mencari sampah dua kali sampah yang dia kumpulkan berakhir di tempat pembakaran karena tidak ada pembeli sampah yang berkeliling. Namun dia tidak putus asa; dia tetap mencari sampah lagi hingga sekarang dia sekarang mempunyai pembeli tetap yang datang kurang lebih satu minggu sekali. Sampah yang didapat setiap hari dikumpulkan dan dijemur sebelum dijual pada pembelinya. Setelah datang pembeli, biasanya sampah yang sudah dikumpulkan itu ditimbang, kalau sampahnya terdiri dari kertas biasanya dibeli dengan harga Rp. 1.500 /Kg.
”Lumayan buat pendapatan, agar tidak numpang terus pada anak!”imbuhnya sambil tersenyum.
Langganan:
Postingan (Atom)