Ternyata tim Te-O benar-benar bertekad untuk menyelesaikan pekerjaan mereka dengan segera. Itu terlihat dari cara mereka bekerja. Hari Jumat tanggal 10 April 2009 mereka kembali bergotong royong memotong bambu yang akan dijadikan sebagai tempat penanaman bibit tanaman obat sebelum di tanam di pot.
Mereka memotong bambu di depan lab. Komputer dengan santai-santai saja. Padahal di dekat mereka banyak santri yang sedang membeli pernak-pernik di pedagang kaki lima. Tapi mereka tetap saja cuek walau sebagian dari para santri menatap mereka dengan pandangan heran dan bertanya-tanya. Kadang mereka akan segera menjawab saat ada yang bertanya untuk apa mereka bersusah payah memotong bambu-bambu itu. ”Kami akan menjadikannya sebagai tempat penanaman bibit tanaman obat sebelum dipindah ke pot”! Kata Elya saat ada salah satu santri menanyainya.
Setelah selesai dipotong,bambu-bambu itu dilubangi sesuai dengan ukuran. Susah payah mereka menggorok bambu itu agar tidak terbelah. Sekali-kali bapak penjual cimol membantu mereka untuk melubangi bambu tersebut. Mungkin kasihan melihat para tim Te-O bekerja sampai kelelahan.”Santri itu harus tahu banyak ilmu,bukan hanya tahu ilmu yang dipelajari di dalam kelas. Ini ’kan juga ilmu” ungkapnya (baca:penjual cimol) saat membantu melubangi bambu.
”Iya dong pak, sekarangkan sudah modern, santri juga dituntut untuk serba bisa. Agar tak ketinggalan jaman”. Kata Mamduhah menanggapi.(fani/pie’/l-ya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar